GEDE PUTRA ADNYANA: BARBAGI UNTUK SALING MENGERTI DAN MEMAHAMI DEMI KEMULIAAN SEMUA MAKHLUK

Peran Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Dalam Mendukung Pendidikan dan Pariwisata Bali (Proposal Penelitian Karya Wisata dan Dharma Yatra SMAN 1 Banjar 2010)

I.         Peneliti (Kelompok-10, Kelas XII-BHS.2)
Searching...
ExploreVideos10Images24
More Wikipedia Result
Results from sman1banjarbuleleng.blogspot.com
4 Jul 2010 ... Salah satu ekstrakurikuler sebagai wujud dari pembinaan prestasi akademis siswa adalah Kelompok Penggemar Karya Tulis (KPKT). ...
25 Nov 2010 ... Sebuah ajang kompetisi karya tulis ilmiah (LKTI) pangan digelar Fakultas Teknologi Pertanian Unud tahun 2010. Oleh kelompok penggemar karya ...
1 Sep 2010 ... Lomba Karya Tulis (Fiksi dan Nonfiksi). 3 besar di tingkat Kabupaten dan Provinsi, serta 5 besar di tingkat nasional ...
Data atau informasi yang dikumpulkan dalam karya tulis ini terdiri dari kegiatan pada Balai Arkeologi, metide yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah ...
Results from:
Google
Bing
Contoh Karya Tulis Bahasa Indonesia Tent (Contoh karya tulis bahasa indonesia tent Levitravardenafil; ray-j sex tape, and noelia sex tape pics; ; keelonupe; hope this will not ...
http://rpploip.myip.org/1n/bsevew...
Acronym Finder: LKTI stands for Lomba Karya Tulis Ilmiah (Indonesian: Held Create Scientific)
http://www.acronymfinder.com/Lomb...
Acronym Definition; LKTI: Lomba Karya Tulis Ilmiah (Indonesian: Held Create Scientific)
http://acronyms.thefreedictionary...
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Semenjak manusia pada jaman purbakala sampai dengan jaman sekarang, manusia telah mengalami perkembangan dalam setiap periode waktu yang ...
http://yudhim.blogspot.com/2009/0...
Panduan Menulis dan Mempresentasikan Karya Ilmiah: Thesis, Tugas Akhir, dan MakalahBudi Rahardjo 30 Desember 2005 Daftar Isi1 Pengantar 2 Kesalahan Yang Sering Terjadi Pada 2.1 ...
http://www.docstoc.com/docs/63566...
Ketua         : Kadek Yuliantari
Sekretaris   : Ni Luh Eva Yanti
Bendahara : Ketut Evi Sri Windayani
Anggota     : Ni kadek Suartini
Putu Gina Wijayanti
Gede Widiantara
Setiawan
Kadek Agus Febriana
Putu Agus Eka Pradnyana
Gede Sugiadnyana
Putu Agus Andika
Pembimbing I : Sutarini
Pembimbing II : Gede Putra Adnyana S.pd
II.      Judul
Peran Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Dalam Mendukung Pendidikan dan Pariwisata Bali
III.   Lokasi Penelitia
Jalan Raya Tampaksiring, Bedulu, Blahbatuh, Gianyar BALI 80581 – Indonesia Telp.(0361) 942-347, 942-354 | Fax.(0361) 942-354
IV.   Pendahuluan
4.1    Latar Belakang
Pembaruan sistem pendidikan nasional yang dilakukan oleh pemerintah dewasa ini merupakan langkah awal yang baik untuk menciptakan tatanan sistem pendidikan nasional yang berkualitas tinggi. Sehingga kelak menghasilkan lulusan yang kompetitif, berbudi pekerti luhur serta perduli terhadap lingkungan dan persoalan masyarakat.
Pengajaran sejarah disekolah bertujuan agar siswa memperoleh kemampuan berpikir historis dan pemahaman sejarah. Melalui pemahaman sejarah siswa mampu mengembanghkan kompetensi untuk berpikir secara kronologis dan memiliki pengetahuan tentang masa lampau yang dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan keragaman sosial budaya dalam rangka menemukan dan menumbuhkan jati diri bangsa di tengah-tengah kehidupan masyarakat dunia, sedangkan benda-benda peninggalan masa lampau merupakan bukti peninggalan peradaban manusia pada masa prasejarah.
Zaman prasejarah dimulai sejak adanya manusia yang selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya serta untuk dapat mempertahankan dan melestarikan keturunannya. Benda-benda peninggalan sejarah dapat dijadikan sebagai bahan untuk mendapatkan informasi-informasi tentang peradaban manusia di masa lampau. Benda-benda masa lampau dapat berupa fosil yang merupakan sisa-sisa kehidupan mahluk hidup yang telah membatu seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan, begitu juga manusia purba.
Benda-benda purbakala yang ditemukan saat ini dapat digunakan sebagai informasi bahwa pada zaman dahulu terdapat kehidupan dengan peradabannya tertentu. Sedemikian pentingnya benda-benda purbakala tersebut sebagai bahan kajian mempelajari kehidupan masa lampau sehingga perlu dilaksanakan penggalian dan pemeliharaan benda-benda tersebut.namun kenyataannya benad-benda purbakala tersebut dipandang sebelah mata oleh masyarakat,oleh karena itu keberadaannya tidak mendapat perhatian yang serius di kalangan masyarakat.jika kondisi ini terus tidak mendapat perhatian tidak tertutup kemungkinan benda-benda purbakala tersebut akan hilang,hancur bahkan musnah sebelum dapat dipelajari.Pendirian balai arkeologi merupakan langkah mengantisipasi kondisi yang memperihatinkan tersebut.
Demikian juga halnya dengan keberadaan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Bali, Gianyar yang mempunyai fungsi untuk melestarikaan peninggalan sejarah yang ditemukan di daerah Bali.Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif sumber belajar dalam mempelajari peradaban manusia masa lampau yang ada di Bali.
Berkaitan dengan hal tersebut, untuk mengetahui lebih detail keberadaan dan koleksi-koleksi di BalaiPelestarian Peninggalan Purbakala Gianyar, maka siswa SMAN 1 Banjar yang tergabung dalam kelompok bahasa-1, mengadakan Karya Wisata dengan mengunjungi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gianyar .Tujuan dari kunjungan tersebut adalah mengetahui sejarah, tugas dan fungsi, serta koleksi bendanya. Disamping itu untuk mengetahui hubungan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gianyar dengan dunia pendidikan maupun dunia pariwisata di Bali.
4.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,maka rumusan masalah dalam penelitian ini,sebagai berikut :
1) Bagaimana peran Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala mendukung pendidikan di Bali?
2) Bagaimanakah peran Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala dalam mendukung Pariwisata di Bali?
4.3    Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini, yaitu:
1) Mengetahui peran Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala mendukung pendidikan di Bali?
2) Mengetahui peran Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala dalam mendukung Pariwisata di Bali?
4.4    Manfaat Penelitian
1) Menumbuhkan kesadaran dikalangan pelajar pada khususnya siswa SMA maupun masyarakat pada umumnya tentang pentingnya keberadaan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gianyar sebagai salah satu tempat untuk melestarikan, merawat, mengawetkan peninggalan benda-benda masa lampau;
2) Mendekatkan dan membandingkan ilmu pengetahuan yang diproleh di sekolah dengan kehidupan nyata, melalui pengamatan secara langsung terhadap benda-benda purbakala yang berada di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gianyar.
3) Memberikan pengetahuan tambahan dan wawasan ilmu pengetahuan bagi guru, siswa, dan masyarakat sehingga dapat diimplementasikan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM).





V.      Tinjauan Pustaka
5.1    Benda Benda Purbakala
a)   Sarkofagus
Sarkofagus merupakan wadah mayat yang disesuaikan kedudukannya, agar kedudukannya si mati dalam alam arwah sama seperti ketika masih hidup. Adapun fungsi dari sarkopagus,yaitu untuk menempatkan orang yang sudah meninggal, dimana penempatan kepala mayat tersebut diarahkan ketempat asal atau tempat bersemayamnya roh nenek moyang.
Banyak bukti-bukti atau peninggalan masa lalu yang ditemukan dalam bentuk sarkopagus. Hal ini terlihat dari hasil penggalian kuburan-kuburan kuno di beberapa tempat, seperti di Bali dan Kalimantan. Hasil penggalian menunjukkan, bahwa arah kepala mayat selalu ke arah timur atau barat atau ke puncak-puncak gunung dan bukit.
b)   Alat-alat dari Batu
Hasil budaya fisik zaman prasejarah, yaitu alat-alat yang terbuat dari batu. Para ahli berpendapat bahwa alat-alat dari batu merupakan tahap awal dari manusia untuk menguasai suatu bentuk teknologi sederhana, yang disebut dengan teknologi paleolitik. Di Indonesia alat-alat yang terbuat dari batu dengan berbagai bentuknya dikelompokkan dalam dua tradisi,yaitu tradisi kapak primbas dan tradisi alat serpih.
Daerah penyebaran kapak primbas, meliputi daerah Jawa, punung (pacitan), Gombong, Jampakukan, dan Parigi. Sedangkan di Sumatera, kaoak primbas ditemukan di daerah tambang sawah, lahat, dan kuanda. Di Kalimantan kapak primbas di temukan di daerah awang bangkal. Sementara itu di Sulawesi, ditemukan didaerah cabbenge. Untuk daerah Bali, kapak primbas ditemukan di daerah Sembiran dan Trunyan.
c)    Nekara Perunggu
Nekara adalah semacam berumbung dari perunggu yang berpinggang di bagian tengahnya dan sisi atasnya tertutup. Bentuk nekara ini dapat disamakan dengan dandang yang ditelungkupkan. Nekara sebagai hasil dari masa perundagian, mempunyai bentuk unik dan pola-pola hias yang kompleks. Bentuk nekara pada umumnya tersusun dalam 3 bagian. Bagian atas terdiri dari bidang pukul datar dan bagian bahu dengan pegangan. Bagianh tengah merupakan silinder dan bagian berbentuk melebar.
Pola hias yang terdapat di nekara pada umumnya berbentuk pola hias geometrik dengan beberapa variasinya. Misalnya: pola hias bersusun, pola hias pilin, dan pola hias topeng. Nekara merupakan benda-benda atau alat-alat yang ada dalam kegiatan upacara yang berfungsi untuk: 1) genderang perang, 2) waktu upacara pemakaman, 3) upacara minta hujan, 4) sebagai benda pusaka atau benda keramat.
Nekara perunggu banyak sekali ditemukan didaerah nusantara. Nekara yang paling besar adalah nekara yang ditemukan di dekat Manuaba, daerah Pejeng (Bali). Karena itu, nekara tersebut di namakan ”Nekara Pejeng” atau ”Bulan Pejeng”. Nekara di Pejeng (Gianyar, Bali) berukuran sangat besar, yaitu tinggi 1,98 meter dan bidang pukulnya 1,60 meter. Nekara tersebut disimpan di Pura Penataran Sasih dan masih dipandang keramat oleh penduduk setempat.
d)   Kapak Perunggu
Secara tipologi, kapak perunggu digolongkan kedalam 2 golongan, yaitu: kapak corong dan kapak upacara. Umumnya kapak perunggu yang terdapat di Indonesia mempunyai semacam corong untuk memasukkan kayu tangkai. Oleh karena bentuknya menyerupai orang bersepatu maka di namakan ”kapak sepatu”. Adapun cara pembuatan kapak-kapak perunggu atau corong,banyak tanda-tanda yang menunjukkan teknik a cire perdue.
e)    Gelang dan Cincin Perunggu
Gelang dan cincin perunggu umumnya tanpa hiasan. Tapi ada juga yang dihias dengan pola geometrik atau pola binatang. Bentuk-bentuk hiasan yang kecil mungkin dipergunakan sebagai alat tukar atau benda pusaka. Ada juga mata cincin yang berbentuk seekor kambing jantan yang ditemukan di Kedu (Jawa Tengah). Bandul (mata) kalung yang berbentuk kepala orang ditemukan di Bogor. Ada pula kelintingan perunggu berukuran kecil yang berbentuk kerucut, silinder-silinder kecil dari perunggu yang tiap ujung silinder ada yang berbentuk kepaloa kuda , burung atau kijang. Kelintingan banyak ditemukan di Malang, Jawa Timur.


f)    Manik-Manik
Manik-manik sebagai hasil hiasan sesungguhnya sudah lama dikenal masyarakat Indonesia. Manik-manik di Indonesia memegang perana penting. Manik-manik digunakan sebagai bekal kubur, benda pusaka juga sebagai alat tukar. Manik-manik ditemukan hampir disetiap penggalian, terutama di daerah –daerah penemuan kubur prasejarah seperti Pasemah (Jawa barat), Gunung kidul ( Jawa Tengah), DI Jogjakarta, Besuki (Jawa Timur), dan Gilimanuk (Bali).
5.2    Pariwisata Bali
Perkembangan pariwisata di Bali mulai sejak dioperasikannya Inna Grand Bali Beach pada November 1966, pembangunan sarana hunian wisata berkembang dengan pesat. Dari sisi kualitas, Sanur berkembang relatif lebig terencana karena berdampingan dengan Inna Grand Bali Beach Hotel sedangkan kawasan pantai Kuta berkembang secara alamiah bergerak mengikuti model akomodasi setempat. Model homestay dan pansion berkembang lebih dominan dibandingkan dengan model standar hotel. Sama halnya dengan kawasan Ubud di daerah Gianyar berkembang secara alamiah, tumbuh di rumah - rumah penduduk yang tetap bertahan dengan nuansa pedesaannya.
Pembangunan sarana akomodasi wisata yang berkelas internasional akhirnya dimulai dengan pengembangan kawasan Nusa Dua menjadi resort wisata internasional. Dikelola oleh Bali Tourism Development Corporation, suata badan bentukan pemerintah, kawasan Nusa Dua dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata bertaraf internasional.
Masa - masa berikutnya, sarana hunian wisata lalu tumbuh dengan sangat pesat di pusat akomodasi dan hunian wisata terutama di daerah Badung, Denpasar dan Gianyar. Kawasan pantai Kuta, Jimbaran dan Ungasan menjadi kawasan hunian wisata di Kabupaten Badung. Sanur dan pusat kota untuk kawasan Denpasar. Ubud, Kedewatan, Payangan dan Tegalalang menjadi pengembang akomodasi wisata di daerah Gianyar.
Untuk mengendalikan perkembangan yang amat pesat tersebut, pemerintah daerah Bali kemudian menetapkan 15 kawasan di Bali sebagai daerah akomodasi wisata berikut sarana penunjangnya seperti restoran dan pusat perbelanjaan. Hingga kini, Bali telah memiliki lebih dari 35.000 kamar hotel terdiri dari kelas Pondok Wisata, Melati hotel hingga berbintang lima. Sarana hotel - hotel tersebut tampil dalam berbagai variasi bentuk mulai dari model rumah, standar hotel, villa, bungalow dan boutique hotel dengan harga yang bervariasi. Keanekaragam ini memberi nilai lebih bagi Bali karena menawarkan banyak pilihan kepada para pelancong.
Perkembangan kunjungan wisatawan membuat sarana wisata penunjang pariwisata tumbuh dengan pesat seperti restoran, art shop, pasar seni, sarana hiburan dan rekreas (http://www.akomodasi.net/pariwisata_bali.php)
5.3    Pelestarian Situs Purbakala
Benda cagar budaya disebut juga sumberdaya budaya, adalah warisan budaya bangsa yang banyak memiliki keterbatasan baik dalam jumlah, maupun sifatnya serta mempunyai makna kultural yang melekat pada objeknya. Oleh karenanya, sumberdaya budaya tersebut perlu dijaga keberadaannya dengan cara dilindungi, dilestarikan atau dikonservasi. Pengertian konservasi dalam hal ini diartikan sebagai suatu upaya  untuk melestarikan sumberdaya arkeologi agar dimanfaatkan secara ’bijaksana’ sehingga dapat bertahan lebih lama ( Subroto, 2003). Konservasi merupakan istilah yang menjadi payung dari semua kegiatan pelestarian. Sesuai dengan kesepakatan internasional yang dirumuskan dalam Burra Charter 1981 batasan konservasi adalah segenap proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang dikandungnya terpelihara dengan baik. Konservasi dapat meliputi segala kegiatan pemeliharaan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Konservasi dapat pula mencakup preservasi, restorasi, rekonstruksi, adaptasi dan revitalisasi (Sidarto dan Budihardjo, 1989).
Pengelolaan sumberdaya budaya pada dasarnya adalah kegiatan yang terpadu antara dua aspek, yaitu pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya budaya. Dalam kegiatan pengelolaan sumberdaya budaya, pembobotan merupakan langkah awal yang perlu dilakukan karena perumusan rancangan manajemen sumberdaya budaya bergantung dari bobot signifikansi yang diberikan kepada sumberdaya budaya tersebut (Pearson, 1995) Dengan demikian perlakuan pengelolaan terhadap sumberdaya budaya bernilai penting akan berbeda dengan sumberdaya budaya yang kurang memiliki nilai. (http://www.purbakala. jawatengah.go.id/detail_berita.php?act=view&idku=19)


VI.   Metode Penelitian
6.1    Rancangan Penelitian.
Rancangan penelitian menguraikan tentang gambaran umum tata cara serta metode-metode dalam pengamatan langsung di lapangan untuk memperoleh data yang akurat.Adapun langkah yang dilakukan untuk mendapatkan hasil dari penelitian ini, yaitu di antaranya, memilih dan menetapkan masalah, menentukan variabl dan instruumen penelitian, serta menentukan teknik pengumpulan dan analisis data. Adapun rancangan penelitiannya,meliputi memilih masalah, memilih pendekatan, merumuskan masalah, studi pendahuluan, menentukan variabel, mengumpulkan data,menyusun instrumen, analisis data, menentukan sumber data, dan menulis laporan
6.2    Objek Penelitian
Objek penelitian ini meliputi peran Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala bali  dalam bidang Pendidikan dan Pariwisata serta upaya-upaya peningkatan kualitas Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala bali yang dilakukan di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gianyar berdasarkan variabel penelitian.
6.3    Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang objektif. Instrumen penelitian memaparkan macam, bentuk, serta cara penggunaan instrumen penelitian yang akan di pakai untuk mengumpulkan data. Pada dasarnya instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa table kerja yang berisi daftar pertanyaan untuk dicarikan jawabannya. Disamping itu didukung juga dengan alat rekam seperti tape recorder dan kamera untuk mendokumentasikan hasil penelitian.
Adapun instrumen yang berupa daftar kajian pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
No
Aspek yang dikaji
Deskripsi Hasil Penelitian
1
Peranan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gianyar dalam mendukung pendidikan di Bali


a)    Tingkat kunjungan pelajar/mahasiswa (TK, SD, SMP, SMA/SMK, PT)


b)   Bentuk dan lama kunjungan Tingkat kunjungan pelajar/mahasiswa (TK, SD, SMP, SMA/SMK, PT)


c)    Maksud dan tujuan kunjungan pelajar/mahasiswa


d)   Frekuensi kunjungan untuk penelitian oleh pelajar/ mahasiswa

2
Peranan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gianyar dalam mendukung pariwisata di Bali


a)    Persentase kunjungan Wisnus dan Wisman


b)   Maksud dan tujuan kunjungan Wisnus dan Wisman


c)    Kerjasama/hubungan dengan biro perjalanan


d)   Kerjasama/hubungan dengan hotel


e)    Kerjasama/hubungan dengan yayasan pariwisata


Dalam penelitian ini juga digunakan metode wawancara. Oleh karena itu dipersiapkan daftar pertanyaan untuk memperkuat kualitas data yang diperoleh melalui observasi.
Adapun daftar pertanyaannya, disajikan pada tabel berikut:
No
Pertanyaan
Jawaban
1
Peranan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gianyar dalam mendukung pendidikan di Bali


a)     Dalam Balai Pelestarian Peningglan Purbakala bali, pada bagian mana yang memiliki peranan penting terhadap dunia pendidikan?


b)    Apakah dampak positif Balai Pelestarian peninggalan Purbakala Bali terhadap dunia pendidikan di Bali?


c)     Adakah kesulitan yang dihadapi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Bali dalam mendukung pendidikan di Bali?


d)    Faktor-faktor apa yang mempengaruhi upaya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Bali dalam mendukung pendidikan di Bali?


e)     Kendala-kendala apa yang ditemukan dalam upaya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Bali mendukung pendidikan di Bali?


f)     Upaya apa yang dilakukan untuk mengantisipasi kendala tersebut?


2
Peranan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gianyar dalam mendukung pariwisata di Bali


a)    Dalam Balai pelestarian peninggalan Purbakala Bali, dibidang manakah yang memiliki peranan penting terhadap dunia Pariwisata di Bali?


b)   Apakah dampak positif Balai pelestarian peninggalan purbakala Bali  terhadap Pariwisata di Bali?


c)    Adakah kesulitan yang dihadapi Balai pelestarian Peninggalan Purbakala bali dalam mendukung Pariwisata di Bali?


d)   Bagaimana dukungan pemerintah, baik pusat maupun daerah terhadap Balai pelestarian Peninggalan Purbakala Bali dalam mendukung Pariwisata di Bali?


e)    Faktor-faktor apa yang mempengarui upaya Balai pelestarian Peninggalan Purbakala Bali dalam mendukung Pariwisata di Bali?


f)    Kendala-kendala apa yang dihadapi Balai pelestarian Peninggalan Purbakala Bali dalam mendukung Pariwisata di Bali?


g)   Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengantispasi kendala tersebut?

6.4    Teknik Pengumpulan Data
Data atau informasi yang dikumpulkan dalam karya tulis ini terdiri dari kegiatan pada BalaiPelestarian Peninggalan Purbakala, metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode wawancara dan metode observasi. Metode wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi dari narasumber atau pengelola Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala. Metode wawancara diterapkan untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang telah dirancang dalam Instrumen Penelitian dan untuk memperjelas informasi yang dimaksud, maka dilakukanlah observasi atau pengamatan langsung dilokasi penelitian sehingga data yang didapatkan lebih akurat dan terpercaya.
6.5    Analisis Data
Data merupakan informasi yang diperoleh melalui instrumen penelitian yang dikumpulkan melalui teknik wawancara dan observasi.Data yang didapatkan melalui teknik wawancara dan obsevasi tersebut berupa data deskriptif kualitatif. Data tersebut menjelaskan tentang hubungan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala terhadap dunia Pendidikan dan Pariwisata serta upaya-upaya Pemerintah dan Masyarakat untuk meningkatkan kualitas Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Bali.
Daftar Pustaka
Anonim. 2008. Perlindungan / Pelestarian Situs Purbakala. dalam http://www.purbakala.jawatengah.go.id/detail_berita.php?act=view&idku=19 diunduh 4 Desember 2010
Anonim. 2010. Pariwisata Bali sebagai industri dan sumber pendapatan masyarakat. Dalam http://www.akomodasi.net/pariwisata_bali.php diunduh 4 Desember 2010.
Pitana, I Gede. 1994. Masyarakat dan Kebudayaan Bali. Dinamika dan Peradaban Masyarakat Bali. Denpasar
Purusa M, I Nyoman. 2002. Relief Manusia Kanakang pada Sarkopagus Selat, Buleleng   





Tidak ada komentar: