GEDE PUTRA ADNYANA: BARBAGI UNTUK SALING MENGERTI DAN MEMAHAMI DEMI KEMULIAAN SEMUA MAKHLUK

Eksistensi Museum Vulkanologi Sebagai Sumber Informasi Vulkanis Dalam Menanggulangi Ancaman Vulkanik Di Daerah Batur (Proposal Penelitian Karya Wisata dan Dharma Yatra SMAN 1 Banjar 2010)

I.         PENELITI
Kelompok  : Kelompok-13, Kelas XII-IPS
Ketua         : Ketut Eta Maharani. S
Sekretaris   : Luh Putu Herlinawati
Bendahara : Putu Novi Andari
Anggota     : Komang Ari Sanjaya
I Putu Bayu Wiranata               
Kadek Dwi Adnyana    
Ni Kadek Sariani
Made Sudiartawan
Komang Tri Suadnyana
Gede Yuda Ariantika
Pembimbing I    :  Putu Reka Adi Suta, S.Pd.
Pembimbing II  :  Gede Putra Adnyana, S. Pd.
II.      JUDUL PENELITIAN
Eksistensi Museum Vulkanologi Sebagai Sumber Informasi Vulkanis Dalam Menanggulangi Ancaman Vulkanik Di Daerah Batur
III.   LOKASI PENELITIAN
     Museum Vulcanology Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali.
IV.   PENDAHULUAN
4.1    Latar Belakang Masalah
Di Indonesia banyak terjadi bencana alam yang disebabakan oleh gunung berapi.Seperti contohnya letusan gunung Merapi di Yogyakarta. Letusan gunung Merapi tersebut banyak memakan korban jiwa. Oleh karena itu untuk mengantisipasi serta meminimalis jumlah korban yang disebabkan oleh gunung berapi tersebut , banyak didirikan lembaga-lembaga yang dapat membantu dalam mengantisipasi ancaman gunung berapi . Lembaga-lembaga tersebut akan memberikan wawasan mengenai ancaman gunung berapi melalui sosialisasi ke masyarakat. Dengan demikian masyarakat akan dapat menghindari ancaman dari gunung berapi tersebut.Seperti didirikannya Museum Gunung Api Batur , maka museum tersebut diharapkan akan dapat memberikan informasi kepada masyarakat atau penduduk di sekitar gunung Batur.
Melalui ilmu bidang Geofisika Bumi masyarakat akan lebih mudah memantau aktivitas gunung api di Batur . Sehingga apabila gunung dalam kondisi waspada , masyarakat yang bermukim tidak jauh dari puncak gunung Batur , dapat menjauh sejauh mungkin untuk menghindari korban jiwa. Dengan informasi yang cepat dan akurat dari Badan Geofisika Bumi yang ada di Museum Gunung Api Batur, ancaman korban jiwa dapat diminimalisasi.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka siswa SMA Negeri 1 Banjar , program ilmu sosial memandang perlu untuk mengkaji lebih dalam tentang keberadaan Museum Vulcanology sebagai sumber informasi vulkanis dalam menanggulangi ancaman proses vulkanik di daerah Batur. Untuk itu objek penelitiannya adalah Museum Gunung Api  Batur , Kecamatan Kintamani , Kabupaten Bangli, Provinsi Bali.
4.2    Rumusan Masalah                                                        
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut , maka dirumuskan masalah sebagai berikut :
1)   Bagaimana eksistensi museum vulcanology sebagai pendukung penyajian informasi vulkanik?
2)   Bagaimana peran museum vulcanology sebagai sumber informasi dalam menanggulangi ancaman proses vulkanik di Batur?
4.3    Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :
1)   Mengetahui eksistensi museum vulcanology sebagai pendukung penyajian informasi vulkanik?
2)   Mengetahui peran museum vulcanology sebagai sumber informasi dalam menanggulangi ancaman proses vulkanik di Batur?
4.4    Manfaat
Manfaat dari penilitian ini adalah :
1)   Memberikan informasi kepada pembaca tentang peran Museum Vulcanology sebagai sumber informasi dalam menanggulangi ancaman proses vulkanis di daerah Batur
2)   Memberikan sumbangan pemikiran tentang hubungan Museum Vulcanology dengan masyarakat serta dapat dijadikan sebagai acuan bagi penelitian yang relevan
V.      KAJIAN PUSTAKA
5.1    Sekilas Tentang Vulkanisme
Yang dimaksud dengan vulkanisme ialah segala kegiatan magma dari lapisan dalam litosfer menyusup ke lapisan yang lebih atas atau sampai ke luar permukaan bumi. Gerakan magma itu terjadi karena magma mengandung gas yang merupakan sumber tenaga magma untuk menekan batuan di sekitarnya.
Di dalam litosfer , magma menempati suatu kantong yang dinamakan dapur magma . Kedalaman dan besar dapur magma itu sangat bervariasi . Ada dapur magma yang letaknya sangat dalam , ada pula yang letaknya dekat dengan permukaan bumi .Perbedaan letak ini merupakan penyebab perbedaan kekuatan letusan yang i . Pada umumnya , dapur magma yang dalam menimbulkankan letusan yang lebih kuat daripada letaknya yang lebih dangkal .Besar dan kecilnya volum dapur magma berpengaruh terhadap lamanya aktivitas gunung api yang bersumber dari magma tersebut.
Seperti batuan beku , magma juga dapat dibedakan berdasarkan perbedaan susunan mineral yang dikandumg magma tersebut , ada magma yang asam, yaitu yang banyak mengandung kuarsa (SiO2), magma yang basa yaitu yang kurang mengandung kuarsa. Yang basa berwarna lebih tua daripada yang asam , karena mengandung banyak mineral yang berwarna tua , seperti muskovit dan biotit. Contoh magma yang asam ialah granit dan diorit , yang basa ialah gabro dan basalt.
Vulkanisme daalam arti sempit berarti ekstrusi magma. Dari dapur magma , melalui diatrema , magam menyusup ke atas sampai ke permukaan bumi . Proses keluarnya magama itu dinamakan letusan atau erupsi . Ada erupsi leleran (efusit),adapula erupsi ledakan (eksplosif).
Ciri erupsi efusif  ialah adanya leleran lava di permukaan bumi , sedangakan pada erupsi eksplosif disemburkan butiran magama yang kemudian menjadi padat yang dan dinamakan eflata atau piroklastika . Adapun tenaga pendorong erupsi itu adalah gas mamatik.
Ada tiga macam benda vulkanik, yaitu sebagai berikut 1) Benda cair, 2) Benda padat, dan 3) Yang terbentuk gas. Benda cair , terdiri atas, lava yaitu magma yang telah meleleh di permukaan bumi, lahar yaitu leleran lumpur panas yang terjadi dari magma bercampur air ,airnya berasal dari dari danau kepundan, dan  lahar hujan yaitu aliran lumpur yang terjadi dari eflata yang dihanyutkan aliran air hujan di lereng gunung.
Sedangkan benda padat yaitu eflata atau piroklastika, menurut besar butirnya ada beberapa macam eflata , dari yang besar sampai yang kecil , yaitu bom , lapili , kerikil , vulkanik dan abu vulkanik . Batu apung juga termasuk eflata yaitu batuan berongga yang berasal dari buiah magma dengan cepat membeku pada saat buih itu terlempar keatas. Menurut bahan asal pembentuknya, eflata dibagi dua yaitu eflata otogen bahannya dari magma yang terlempar ke atas pada saat erupsi dan kemudian membeku dan eflata alogen, bahannya berasal dari batuan litosfer pada dinding diatrema yang terbawa keluar oleh erupsi eksplosif.
Sedangkan yang terbentuk gas, di antaranya gas asam arang ( CO2) ,gas belerang (H2S0 , zat lemas (N2), dan uap air (H2O).
5.2    Intrasi Magma (Plutonisme)
Dari dapur magma , dengan kekeuatan tekanan gas dan kemampuan melarutkan batuan yang bersinggungan , magma bergerak ke lapisan lain .Arahnya ke lapisan di atasnya atau ke lapisan yang relatif lebih lunak . Gerakan magma dapat juga terjadi karena mendaaptkan bantuan dari retakan – retakan pada batuan sekitar nya . Retakan itu ,mungkin terjadi akibat tekanan gas magma itu sendiri , mungkin pula karena tektonisme atau gempa.
Aktivitas magma di dalam lapisan litosfer, yang memotong atau menyisip di antara lapisan-lapisan litosfer , tetapi tidak mencapai permukaan bumi, dinamakan plutonisme atau intrusi magma. Intrusi magma itu menghasilkan bentukan-bentukan, meliputi 1) batolit yaitu batuan beku yang terbentuk di dalam dapur magma , karena penurunan suhu yang sangat lambat, 2) lakolit yaitu batuan yang berasal dari resapan magma di antara dua lapisan litosfer dan membentuk bentkan seperti lensa cembung, 3) keping intrusi atau sill yaitu sisipanmagma yang membeku diantara dua lapisan , relatif tipis dan melebar, 4) gang atau dikes yaitu batuan hasil intrusi magma yang memotong lapisan- lapisan litosfer dengan bentuk pipih atau lempeng, 5) apofisis yaitu gang yang relatif kecil, merupakan cabang gang dan 6) ditrema yaitu batuan pengisi pipa letusan , berbentuk silinder mulai dari dapur magma sampai ke permukaan bumi. Bahan galian logam kebanyakan terdapat di dalam batuan intrusi atau pada batuan litosfer disekitar intrusi magma , karena mengalami metamorfosis .
5.3    Bentuk dan Tipe Letusan Gunung Berapi
Berdasarkan bentuk lubang tempat erupsi , dapat dibedakan menjadi 3 macam erupsi , yaitu 1) Erupsi sentral, 2) Erupsi lini, dan 3) Erupsi areal. Tipe Erupsi sentral terjadi kalau letusannya melalui sebuah pusat letusan. Erupsi sentral ini menghasilkan tiga bentuk gunung api, yaitu a) Gunung api perisai, sebuah gunung api yang beralas luas dan berlereng landai sekali , hasil erupsi efusit magmacair yang encer, b) Gunung api mar , hasil erupsi eksplosif yang tidak berapa kuat dan hanya terjadi sekali saja, c) Gunung api strato , merupakan hasil erupsi campuran , efusif dan eksplosif yang berulang beberapa kali.
Erupsi linier yaitu letusan melalui sebuah celah seperti di tempat pemekaran daerah samudera. Sedangkan Erupsi areal yaitu letusan melalui lubang yang sangat luas . Erupsi ini masih diragukan kejadiaannya di bumi. Tipe Letusan terdiri dari 1) Tipe hawaii yaitu letusan gas yang ringan pada permukaan magma di kepundan yang di sebut letusan air mancur, 2) Tipe Stromboli kekentalan magma sama dengan tipe Hawaii , hanya dapur magma lebih dalam dan tekanan gas lebih tinggi . Tipe ini menunjukkan letusan gas yang tidak begitu kuat , namun terus menerus dan banyak melemparkan eflata,dan 3) Tipe Vulkano dengan magma cair kental dan dapur magma yang bervariasi dari dangkal sampai dalam , sehingga tekanannya sedang sampai tinggi , tipe ini merupakan tipe letusan gunung api pada umumnya . Dalam perkembangannya hampir semua gunung api strato melalui tipe ini .Letusannya terdiri atas hembusan gas magmatik dengan bom, lapili dan abu vulkanik, 4) Tipe Peret yaitu dengan kekentalan yg sama dengan tipe vulkano, tetapi dengan magma  yg sangat dalam dan tekanan gas sangat tinggi, lahirlah tipe letusan yg paling dahsyat pada zaman historis, yaitu tipe peret, dan 5) Tipe Merapi , St Vincent,dan Mt Pelet, ciri utama dari ketiga tipe ini ialah sumbat lava yang menutupi lubang kepundan . Hal itu terjadi karena magma kental segera membeku pada saat mencapai permukaan gunung api . Akibatnya letusan yang terjadi berupa awan pijar (nuee ardente)bersuhu tinngi yang yang meluncur di lereng gunung diikuti lawina pijar , yaitu pecahan sumbat lava yang masih panas berguling-guling  di lereng itu.
5.4    Gejala Pasca Vulkanik
Setelah gunung api beristirahat atau bahkan mati , kadang-kadang masih terdapat gejala yang menunjukkan sisa aktivitas vulkanisme . Gejala itu dinamakan gejala pasca vulkanik. Gejalanya tersebut diantaranya ialah 1) Sumber air panas seperti yang terdapat di Cipanas (banyak tempat bernama Cipanas di Jawa Barat), Ciater (tempat pariwisata di utara Bandung ), dan Baturaa den (Jawa Tengah ), 2) Sumber air mineral, yaitu sumber air yang mengandung larutan mineral. Air dari tempat seperti ini sering kali dijadikan obat .Contohnya Maribaya dan Sangkanurip (Jawa Barat), 3) Geyser , yaitu sumber air panas yang memancar  berkala seperti yang ditemukan di Cisolok (Jawa Barat )dan The Old Faithful geyser yang terkenal di Yellowstone National Park (USA),dan 4) Sumber gas (ekhalasi ) umumnya dinamakan fumarol.
Ada yang mengeluarkan gas racun CO atau CO2 dinamakan mofet . Ada pula yang mengeluarkan gas belerang  (H2S), dinamakan solfator. Fumarol yang lain mengeluarkan zat asam (N2) atau uap air. Sumber uap air yang suhu dan tekananya tinggi (geotermal) dapat dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik yang dinamakan PLTPB (Pembangkit Listrik Tenga Panas Bumi), seperti di Kamojang (Jawa Barat )dan Dieng (Jawa Tengah )
5.5    Pengertian Gunung Api Secara Umum
Pengertian gunung api secara umum diartikan  sebagai tempat keluarnya magma ke permukaan bumi membentuk suatu kerucut terpancung yang mana di puncaknya terdapat kawah dan kadang –kadang kawah itu terisi danau  (Danau Kawah ). Magma adalah suatu cairan pijar terdapat didalam lapisan kulit bumi dengan suhu 1000 derajat Celcius , mempunyai sifat fisika dan kimia tertentu yang terdiri dari unsur-unsur bila sudah membeku disebut batuan beku .Perbedaan gunung api dengan gunung , bukit dan pegunungan tidak berapi adalah pada daerah gunung api akan terdapat perbedaan yang dicirikan oleh adanya mata air panas , adanya bekas letusan ,adanya sumber-sumberuap sering berbau belerang dan adanya kerucut di sekitar puncaknya.
Gunung api dapat diklasifikasikan menjadi 4 sumber erupsi yaitu Erupsi Pusat, Erupsi keluar melalui kawah utama, Erupsi Samping, Erupsi keluar dari lereng tubuhnya, Erupsi Celah Erupsi yang muncul pada rekahan /sesar dapat memanjang sampai beberapa kilometer. Erupsi Eksentrik merupakan erupsi samping tetapi magma yang keluar bukan dari kepundan pusat yang menyimpang ke samping melainkan langsung dari dapur magma melalui kepundan tersendiri.
Struktur Gunung terdiri dari beberapa jenis, yaitu Struktur Kawah, bentuknya morfologi negatif dan depresi akibat kegiatan suatu gunung api , bentuknya relatif bundar, struktur Kaldera, bentuk morfologinya seperti kawah tetapi garis tengahnya(diameternya) lebih dari 2 km . Kaldera terdiri atas Kaldera Letusan terjadi akibta letusan besar yang melontarkan sebagian besar tubuhnya, Kaldera Runtuhan terjadi karena runtuhnya sebagian tubuh gunung api akibat pengeluaran material yang sangat banyak dari dapur magma, Kaldera Resurgen terjadi akibat runtuhnya sebagian gunung api diikuti dengan kaldera erosi, Kaldera Erosi terjadi akibat erosi terus menerus pada dinding kawah sehingga melebar menjadi kaldera.
Struktur rekahan atau graben, retakan retakan atau patahan pada tubuh gunung api yang memanjang mencapai puluhan kilometer dan dalamnya ribuan meter . Rekahan paralel yang mengakibatkan amblasnya blok diantara rekahan disebut Graben.
Struktur Depresi Volkano Tektonik, pembentukannya ditandai dengan deretan pegunungan yang berasosiasi dengan pembentukan gunung api akibat ejkpansi volume besar magma asam ke permukaan yang berasal dari kerak bumi . Depresi ini dapat mencapai ukuran puluhan kilometer dengan kedalaman ribuan meter.
VI.   METODE PENELITIAN
6.1    Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian diskriptif dengan tujuan mengetahui peranan Museum Vulcanology Batur sebagai sumber informasi vulkanis dalam menanggulangi ancaman proses vulkanis di daerah Batur . Penelitian ini dilakukan oleh kelompok 13 , siswa jurusan Ilmu Sosial SMA Negeri 1 Banjar . Waktu dilaksanakanya penelitian adalah pada hari Senin , 14 Desember 2010.
6.2    Varibel Penelitian
Adapun Yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah a) Museum Vulcanology Batur  dan Penduduk sekitar Museum Vulcanology Batur. Variabel-variabel tersebut sudah ada dan terjadi secara alami di Kawasan tersebut . Dalam hal ini tim peneliti akan melakukan observasi untuk mendapatkan informasi yang sejelas-jelasnya terhadap variabel tersebut
6.3    Teknik Pengumpulan Data
Data atau informasi yang akan dikumpulkan dalam karya tulis terdiri dari kegiatan pada Museum Vulcanology Batur . Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi , meliputi metode observasi , dokumentasi wawancara , dan telaah pustaka .Metode observasi dilakukan untuk mendapatkan data atau informasi tentang keberadaan dan kegiatan Museum Vulcanology Batur.
Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data-data yang diperoleh dan melakukan dokumentasi (pengambilan gambar) kondisi objek kawasan tersebut . Sedangkan metode wawancara (tanya jawab ) dilakukan dengan mendapatkan data-data melalui mewawancarai staf  pimpinan ,dan karyawan Museum Vulcanology Batur berkaitan dengan kegiatannya . Untuk metode telaah pustaka dilakukan dengan mengkaji berbagi buku –buku teks maupu buku sumber lainnya untuk memperoleh dat atau informasi yang relevan dengan masalah tersebut .
6.4    Instrumen Penelitian
Adapun beberapa instrumen penelitian yang digunakan atara lain : lembar observasi dan checklist (daftar cocok) untuk membantu metode observasi , pedomean wawancara untuk membantu metode wawancara . Catatan khusus untuk membantu metode dokumentasi.
Pertanyaan yang digunakan dalam wawancara tersebut adalah :
1)        Bagaimana sejarah Museum Vulcanology Batur ?
2)        Bagaimana tanggapan masyarakat tentang berdirinya Museum Vulcanology Batur ?
3)        Bagaimana peran Museum Vulcanology Batur dalam menanggulangi ancaman proses vulkanis ?
4)        Peralatan apa yang digunakan oleh Museum Vulcanology dalam melakukan penelitian gunung Batur ?
5)        Bagaimana cara Museum Vulcanology Batur untuk memberikan informasi kepada masyarakat ?
6)        Pada tahun berapakah gunungapi  Batur terakhir meletus ?
7)        Bagaimana keadaan Museum Vulcanology Batur sekarang ?
8)        Bagaimana cara kerja staf atau karyawan di Museum Vulcanology ?
9)        Siapa yang mengawasi kinerja karyawan di Museum Vulcanology Batur ?
10)    Apa Fungsi Museum Vulcanology Batur ?
6.5    Teknik Analisis Data
Data atau informasi yang telah terkumpul dari lembar observasi , checklist dan cacatan khusus akan  dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan visualisasai . Sedang data dari hasil wawancara akan  dianalisis dengan analisis deskriptif . Dalam hal ini , data atau informasi akan dideskripsikan denagn menguraikan Fakta-fakta atau data-data serta akan  di konfirmasikan berdasarkan hasil telaah pustaka. Selanjutnya dari hasi pengolahan dat akan ditarik sebuah kesimpulan sesuai dengan permasalahan pada karya tulis.
Daftar Pustaka
Buku panduan Museum Vulcanology Batur
Tanudidjaja, Moh. Ma’mur. 1995. Ilmu Pengetahuan Bumi Dan Antariksa. Jakarta: Perum Balai Pustaka

Tidak ada komentar: