GEDE PUTRA ADNYANA: BARBAGI UNTUK SALING MENGERTI DAN MEMAHAMI DEMI KEMULIAAN SEMUA MAKHLUK

Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Bali sebagai Sumber Belajar Kebudayaan Bali dan Upaya Pelestariannya (Proposal Penelitian Karya Wisata dan Dharma Yatra SMAN 1 Banjar 2010)

I.         Peneliti (Kelompok-12, Kelas XII-BHS.2)
Searching...
ExploreVideos10Images24
More Wikipedia Result
Results from sman1banjarbuleleng.blogspot.com
4 Jul 2010 ... Salah satu ekstrakurikuler sebagai wujud dari pembinaan prestasi akademis siswa adalah Kelompok Penggemar Karya Tulis (KPKT). ...
25 Nov 2010 ... Sebuah ajang kompetisi karya tulis ilmiah (LKTI) pangan digelar Fakultas Teknologi Pertanian Unud tahun 2010. Oleh kelompok penggemar karya ...
1 Sep 2010 ... Lomba Karya Tulis (Fiksi dan Nonfiksi). 3 besar di tingkat Kabupaten dan Provinsi, serta 5 besar di tingkat nasional ...
Data atau informasi yang dikumpulkan dalam karya tulis ini terdiri dari kegiatan pada Balai Arkeologi, metide yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah ...
Results from:
Google
Bing
Contoh Karya Tulis Bahasa Indonesia Tent (Contoh karya tulis bahasa indonesia tent Levitravardenafil; ray-j sex tape, and noelia sex tape pics; ; keelonupe; hope this will not ...
http://rpploip.myip.org/1n/bsevew...
Acronym Finder: LKTI stands for Lomba Karya Tulis Ilmiah (Indonesian: Held Create Scientific)
http://www.acronymfinder.com/Lomb...
Acronym Definition; LKTI: Lomba Karya Tulis Ilmiah (Indonesian: Held Create Scientific)
http://acronyms.thefreedictionary...
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Semenjak manusia pada jaman purbakala sampai dengan jaman sekarang, manusia telah mengalami perkembangan dalam setiap periode waktu yang ...
http://yudhim.blogspot.com/2009/0...
Panduan Menulis dan Mempresentasikan Karya Ilmiah: Thesis, Tugas Akhir, dan MakalahBudi Rahardjo 30 Desember 2005 Daftar Isi1 Pengantar 2 Kesalahan Yang Sering Terjadi Pada 2.1 ...
http://www.docstoc.com/docs/63566...
Ketua         : Gst.Ayu Suci Arini
Sekretaris   : Kt Indah Suryaningsih
Bendahara : Ni Putu Ela Indrayani
Anggota     : Putu Risna Udayani
Eni Erviani
Yogi Sastra
Budiartawan
Jaga Kumara
Deva  Pradana
Pato Giri
Agus Mahendra
Pembimbing I    : Nym.Sudarsana S.Pd
Pembimbing II : Gede Putra Adnyana S.Pd
II.      Judul
Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Bali sebagai Sumber Belajar Kebudayaan Bali dan Upaya Pelestariannya
III.   Lokasi Penelitia
Jalan Raya Tampaksiring, Bedulu, Blahbatuh, Gianyar BALI 80581 – Indonesia Telp.(0361) 942-347, 942-354 | Fax.(0361) 942-354
IV.   Pendahuluan
4.1    Latar Belakang
Pembaruan sistem pendidikan nasional yang dilakukan oleh pemerintah dewasa ini merupakan langkah awal yang baik untuk menciptakan tatanan sistem pendidikan nasional yang berkualitas tinggi. Sehingga kelak menghasilkan lulusan yang kompetitif, berbudi pekerti luhur serta perduli terhadap lingkungan dan persoalan masyarakat.
Pengajaran sejarah disekolah bertujuan agar siswa memperoleh kemampuan berpikir historis dan pemahaman sejarah. Melalui pemahaman sejarah siswa mampu mengembanghkan kompetensi untuk berpikir secara kronologis dan memiliki pengetahuan tentang masa lampau yang dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan keragaman sosial budaya dalam rangka menemukan dan menumbuhkan jati diri bangsa di tengah-tengah kehidupan masyarakat dunia, sedangkan benda-benda peninggalan masa lampau merupakan bukti peninggalan peradaban manusia pada masa prasejarah.
Zaman prasejarah dimulai sejak adanya manusia yang selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya serta untuk dapat mempertahankan dan melestarikan keturunannya. Benda-benda peninggalan sejarah dapat dijadikan sebagai bahan untuk mendapatkan informasi-informasi tentang peradaban manusia di masa lampau. Benda-benda masa lampau dapat berupa fosil yang merupakan sisa-sisa kehidupan mahluk hidup yang telah membatu seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan, begitu juga manusia purba.
Benda-benda purbakala yang ditemukan saat ini dapat digunakan sebagai informasi bahwa pada zaman dahulu terdapat kehidupan dengan peradabannya tertentu. Sedemikian pentingnya benda-benda purbakala tersebut sebagai bahan kajian mempelajari kehidupan masa lampau sehingga perlu dilaksanakan penggalian dan pemeliharaan benda-benda tersebut.namun kenyataannya benad-benda purbakala tersebut dipandang sebelah mata oleh masyarakat,oleh karena itu keberadaannya tidak mendapat perhatian yang serius di kalangan masyarakat.jika kondisi ini terus tidak mendapat perhatian tidak tertutup kemungkinan benda-benda purbakala tersebut akan hilang,hancur bahkan musnah sebelum dapat dipelajari.Pendirian balai arkeologi merupakan langkah mengantisipasi kondisi yang memperihatinkan tersebut.
Demkian juga halnya dengan keberadaan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Bali,Gianyar yang mempunyai fungsi untuk melestarikaan peninggalan sejarah yang ditemukan di daerah Bali. Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif sumber belajar dalam mempelajari peradaban manusia masa lampau yang ada di Bali.
Berkaitan dengan hal tersebut, untuk mengetahui lebih detail keberadaan dan koleksi-koleksi di BalaiPelestarian Peninggalan Purbakala Gianyar, maka siswa SMAN 1 Banjar yang tergabung dalam kelompok bahasa-1, mengadakan Karya Wisata dengan mengunjungi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gianyar .Tujuan dari kunjungan tersebut adalah mengetahui sejarah, tugas dan fungsi, serta koleksi bendanya. Disamping itu untuk mengetahui hubungan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gianyar dengan dunia pendidikan maupun dunia pariwisata di Bali.
4.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini,sebagai berikut :
1)   Bagaimana peranan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gianyar dalam mengkaji Kebudayaan Bali?
2)   Bagaimana upaya-upaya dalam pelestarian Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gianyar?
4.3    Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini, yaitu:
1)   Mengetahui peranan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gianyar dalam mengkaji Kebudayaan Bali?
2)   Mengetahui upaya-upaya dalam pelestarian Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gianyar?
4.4    Manfaat Penelitian
1) Mendekatkan dan membandingkan ilmu pengetahuan yang diproleh di sekolah dengan kehidupan nyata, melalui pengamatan secara langsung terhadap benda-benda purbakala yang berada di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gianyar.
2) Menumbuhkan kesadaran dikalangan pelajar pada khususnya siswa SMA maupun masyarakat pada umumnya tentang pentingnya keberadaan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Gianyar sebagai salah satu tempat untuk melestarikan, merawat, mengawetkan peninggalan benda-benda masa lampau;
V.      Tinjauan Pustaka
5.1    Cakupan Arkeologi
Arkeologi mencakup pengungkapan tingkah laku manusia di masa lampau agar dapat diketahui sejarah dan kebudayaan di masa lalu, cara-cara hidup, maupun proses budaya yang pernah terjadi. Adapun secara lebih rinci cakupan arkeologi, meliputi fase kehidupan, sistem penguburan, kepercayaan, pemukiman, corak kehidupan, alat-alat yang dipakai, serta perdagangan.
Fase kehidupan masyarakat masa lampau menyangkut ciri-ciri kehidupan, diantaranya: 1)ciri kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan, 2) kehidupan bercocok tanam, 3) masa perundagian (Juwanto,1999). Lingkungan hidup manusia pada masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan merupakan keadaan alam yang masih liar, sehingga sangat tidak menguntungkan bagi manusia. Adapun Ciri-Ciri masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan dalam kehidupannya diantaranya: hidup belum menetap dan masih berpindah-pindah, hidupnya langsung kepada alam (Food Gathering), hidup secara berkelompok, bergerak tidak terlalu jauh dari sungai, danau, pantai, sumber air yang merupakan sumber makanan, tempat berlindung sementara di gua-gua, penguburan bagi orang yang meninggal dengan bekal kayu, dan
Tata cara penguburan merupakan sistem penanganan orang mati yang meliputi penanganan mayat sebelum penguburan, saat penguburan, dan upacara pengangkatan arwah ketingkat yang lebih tinggi. Pada dasarnya penguburan merupakan kegiatan budaya yang utuh, bukan sekedar penyingkiran mayat tanpa suatu makna apapun (suastika, 2002). Aspek utama dalam kegiatan penguburan adalah aspek gagasan yang merupakan nilai dan simbol yang berlaku dalam masyarakat. Penguburan merupakan rumusan bagian penting dalam ritus kepercayaan karena dalam penguburan terkandung pengertian tentang mati dan kesinambungan setelah mati. Kematian merupakan suatu proses peralihan dari kehidupan sementara dialam baka.
Terkait dengan daerah Bali, maka berdasarkan beberapa peninggalan masa prasjarah dapat diketahui, bahwa pada masa lalu sidah dikenal sistem penguburan dengan wadah. Sistem penguburan ini nampak seperti penguburan disitus gilimanuk dengan berbagai bekal kuburnya (soejono,1997). Berdasarkan bukti-bukti tersebut,naka dapat dijlaskan bahwa perawatan dan penguburan mayat yang da laksanajan saat ani bukanlah hal baru, melainkan kelanjutan dari kebudayaan masa lsalu.Kebudayaan ini makin berkembang setelah masuknya budaya Hindu ke Bali.Dari bukti-bukti yang didapat dari hasil penelitian seperti di desa Pacung, desa Tejakula, desa Les, desa Sembiran, dan di desa Bondalem yang semuanya ada di Kabupaten Buleleng, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan yang dimiliki sangat tua, yaitu dari masa berburu, masa bercocok tanam, masa perundagian, sampai ke masa Hindu.
Didalam kehidupan masyarakat prasejarah, sistem religi merupakan salah satu unsur kebudayaan yang bersifat universal dan sangat kompleks. Secara umum ada 5 unsur pokok yang berkembang dalam berbagai religi di dunia. Kelima unsur tersebut, yaitu: 1) emosi keagamaan, 2) sistm kepercayaan, 3) sistem ritual dan upacara, 4) peralatan situs dan upacara, serta 5) kelompok keagamaan atau satuan-satuan sosial yang mengonsepkan dan mengaktifkan religi serta sistem keagamaan (Koentjaraningrat,1980). Kepercayaan terhadap adanya kekuatan diluar kekuatan manusia sudah ada sejak konsep religi dikenal oleh manusia.
Bagi masyarakat prasejarah, kepercayaan terhadap kekuatan arwah, ada kehidupan sosialnya. Mereka percayabahwa ada kehidupan lain setelah kematian, yaitu didalam arwah atau supernatural. Kepercayaan ini mendorong mereka untuk brtempat tinggal di pegunungan, terutama pada hulu sungai dimana air tetap dianggap dapat menunjang kelangsungan hidup (Purusa,1999). Munculnya kepercayaan bahwa arwah nenek moyang bersemayam di suatu tempat yang, seperti dipuncak-puncak gunung. Hal ini menimbulkan kepercayaan bahwa puncak-puncak gunung merupakan tempat suci dan tempat bersemayamnya para dewa.
Pemukiman merupakan tempat manusia mengelola lingkungannya, membangun tempat berlindung dari pengaruh panas, hujan, dan angin, serta merupakan pusat aktifitas dan religiusnya. Pemilihan lokasi pemukiman sangat bergantung kepada ketersediaan sumber daya yang akan dieksplorasi. Pada umunya, pemilihan lokasi pemukiman yaitu didekat sungai atau hutan yang kaya dengan sumber daya alam baik dalam bentuk flora atau fauna untuk menunjang kehidupan.
Oleh karena itu, bangunan-bangunan pemukiman didirikan dengan sumber mata air sedangkan bangunan yang berhubungan dengan kegiatan religius memilih lokasi di puncak gunung, bukit atau tempat lain yang lokasi lebih tinggi (purusa,1999).
5.2    Benda Benda Purbakala
Sarkofagus merupakan wadah mayat yang disesuaikan kedudukannya, agar kedudukannya si mati dalam alam arwah sama seperti ketika masih hidup. Adapun fungsi dari sarkopagus,yaitu untuk menempatkan orang yang sudah meninggal, dimana penempatan kepala mayat tersebut diarahkan ketempat asal atau tempat bersemayamnya roh nenek moyang.
Banyak bukti-bukti atau peninggalan masa lalu yang ditemukan dalam bentuk sarkopagus. Hal ini terlihat dari hasil penggalian kuburan-kuburan kuno di beberapa tempat, seperti di Bali dan Kalimantan. Hasil penggalian menunjukkan, bahwa arah kepala mayat selalu ke arah timur atau barat atau ke puncak-puncak gunung dan bukit.
Hasil budaya fisik zaman prasejarah, yaitu alat-alat yang terbuat dari batu. Para ahli berpendapat bahwa alat-alat dari batu merupakan tahap awal dari manusia untuk menguasai suatu bentuk teknologi sederhana, yang disebut dengan teknologi paleolitik. Di Indonesia alat-alat yang terbuat dari batu dengan berbagai bentuknya dikelompokkan dalam dua tradisi,yaitu tradisi kapak primbas dan tradisi alat serpih.
Daerah penyebaran kapak primbas, meliputi daerah Jawa, punung (pacitan), Gombong, Jampakukan, dan Parigi. Sedangkan di Sumatera, kaoak primbas ditemukan di daerah tambang sawah, lahat, dan kuanda. Di Kalimantan kapak primbas di temukan di daerah awang bangkal. Sementara itu di Sulawesi, ditemukan didaerah cabbenge. Untuk daerah Bali, kapak primbas ditemukan di daerah Sembiran dan Trunyan.
Nekara adalah semacam berumbung dari perunggu yang berpinggang di bagian tengahnya dan sisi atasnya tertutup. Bentuk nekara ini dapat disamakan dengan dandang yang ditelungkupkan. Nekara sebagai hasil dari masa perundagian, mempunyai bentuk unik dan pola-pola hias yang kompleks. Bentuk nekara pada umumnya tersusun dalam 3 bagian. Bagian atas terdiri dari bidang pukul datar dan bagian bahu dengan pegangan. Bagianh tengah merupakan silinder dan bagian berbentuk melebar.
Pola hias yang terdapat di nekara pada umumnya berbentuk pola hias geometrik dengan beberapa variasinya. Misalnya: pola hias bersusun, pola hias pilin, dan pola hias topeng. Nekara merupakan benda-benda atau alat-alat yang ada dalam kegiatan upacara yang berfungsi untuk: 1) genderang perang, 2) waktu upacara pemakaman, 3) upacara minta hujan, 4) sebagai benda pusaka atau benda keramat.
Nekara perunggu banyak sekali ditemukan didaerah nusantara. Nekara yang paling besar adalah nekara yang ditemukan di dekat Manuaba, daerah Pejeng (Bali). Karena itu, nekara tersebut di namakan ”Nekara Pejeng” atau ”Bulan Pejeng”. Nekara di Pejeng (Gianyar, Bali) berukuran sangat besar, yaitu tinggi 1,98 meter dan bidang pukulnya 1,60 meter. Nekara tersebut disimpan di Pura Penataran Sasih dan masih dipandang keramat oleh penduduk setempat.
Gelang dan cincin perunggu umumnya tanpa hiasan. Tapi ada juga yang dihias dengan pola geometrik atau pola binatang. Bentuk-bentuk hiasan yang kecil mungkin dipergunakan sebagai alat tukar atau benda pusaka. Ada juga mata cincin yang berbentuk seekor kambing jantan yang ditemukan di Kedu (Jawa Tengah). Bandul (mata) kalung yang berbentuk kepala orang ditemukan di Bogor. Ada pula kelintingan perunggu berukuran kecil yang berbentuk kerucut, silinder-silinder kecil dari perunggu yang tiap ujung silinder ada yang berbentuk kepaloa kuda , burung atau kijang. Kelintingan banyak ditemukan di Malang, Jawa Timur.
Manik-manik sebagai hasil hiasan sesungguhnya sudah lama dikenal masyarakat Indonesia. Manik-manik di Indonesia memegang perana penting. Manik-manik digunakan sebagai bekal kubur, benda pusaka juga sebagai alat tukar. Manik-manik ditemukan hampir disetiap penggalian, terutama di daerah –daerah penemuan kubur prasejarah seperti Pasemah (Jawa barat), Gunung kidul ( Jawa Tengah), DI Jogjakarta, Besuki (Jawa Timur), dan Gilimanuk (Bali).
VI.   Metode Penelitian
6.1    Rancangan Penelitian.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena yang ditemukan apa adanya. Pada tahap persiapan meliputi: menganalisis permasalahan, melakukan telaah pustaka, dan menyusun proposal penelitian. Sedangkan pada tahan pelaksanaan yaitu mengambil data ke lokasi penelitian. Dalam hal ini, penelitian dilakukan di Museum Bali. Sedangkan pada tahap pelaporan meliputi: analisis data, penyusunan laporan, dan presentasi laporan penelitian.
6.2    Objek Penelitian
Objek penelitian ini meliputi peran Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Bali  sebagai sumber kajian kebudayaan Bali dan upaya-upaya pelestarian Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Bali.  Semua objek tersebut dikumpulkan dengan melakukan observasi dana wawancara ke Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Bali di Gianyar.
6.3    Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang objektif. Adapun instrumen yang digunakan untuk memperoleh data disajikan pada tabel berikut:
No
Aspek yang dikaji
Deskripsi Hasil Penelitian
1
Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Bali sebagai sumber Kajian Kebudayaan Bali


1)      Sejarah Manusia Bali


2)      Perkembangan kesenian Bali


3)      Perkembangan artefak Bali sebagai hasil kebudayaan


4)      Perkembangan teknologi dari masa ke masa


5)      Kondisi sosial kemasyarakatan

2
Upaya Pelestarian Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Bali


1)      Upaya pihak staf Balai


2)      Upaya pemerintah daerah


3)      Upaya pemerintah pusat


4)      Upaya pihak swasta


5)      Upaya masayarakat

6.4    Teknik Pengumpulan Data
Data atau informasi yang dikumpulkan dalam karya tulis ini terdiri dari kegiatan pada BalaiPelestarian Peninggalan Purbakala, metide yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode wawancara dan metode observasi. Metode wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi dari narasumber atau pengelola Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala. Metode wawancara diterapkan untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang telah dirancang dalam Instrumen Penelitian dan untuk memperjelas informasi yang dimaksud, maka dilakukanlah observasi atau pengamatan langsung dilokasi penelitian sehingga data yang didapatkan lebih akurat dan terpercaya.
6.5    Analisis Data
Data merupakan informasi yang diperoleh melalui instrumen penelitian yang dikumpulkan melalui teknik wawancara dan observasi.Data yang didapatkan melalui teknik wawancara dan obsevasi tersebut berupa data deskriptif kualitatif. Data tersebut menjelaskan tentang hubungan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala terhadap dunia Pendidikan dan Pariwisata serta upaya-upaya Pemerintah dan Masyarakat untuk meningkatkan kualitas Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Bali.

Daftar Pustaka
Anonim. Seri Penerbitan Forum Arkeologi. Denpasar: Balai 0Arkeologi Denpasar, Bali
Mochmoed, E. 1989. Dinamika Budaya Masyarakat Indonesia Pada Jaman Proto Sejarah. Jakarta
Pitana, I Gede. 1994. Masyarakat dan Kebudayaan Bali. Dinamika dan Peradaban Masyarakat Bali. Denpasar
Purusa M, I Nyoman. 2002. Relief Manusia Kanakang pada Sarkopagus Selat, Buleleng
Suastika, I Made. 2002. Tata Cara Penguburan di Desa Pacung Buleleng Bali. Seri Penerbitan Forum Arkeologi Denpasar: Balai Arkeologi Denpasar
Wardono, Agus. 2006. Kreatif Jawa Tengah: Pakarindo



Tidak ada komentar: