GEDE PUTRA ADNYANA: BARBAGI UNTUK SALING MENGERTI DAN MEMAHAMI DEMI KEMULIAAN SEMUA MAKHLUK

Identifikasi dan Pengawasan Penggunaan Bahan Pengawet Sintetis pada Balai Besar POM Denpasar (Proposal Penelitian Karya Wisata dan Dharma Yatra SMAN 1 Banjar 2010)

I.         PENELITI
Kelompok-2, Kelas XII-IPA-1
Luh Sugiani
Adi Parmana Putra Kadek
Agus Ariadi Kadek
Arya Kadek
Dwi Agustawan Kadek
Eni Sri Wahyuni Putu
Indah Wahyuni Putu
Krisya Bawanti Luh
Meji Ratnasari Nyoman
Pembimbing I           : 
Pembimbing II          :  Gede Putra Adnyana, S. Pd.
II.      JUDUL PENELITIAN
Identifikasi dan Pengawasan Penggunaan Bahan Pengawet Sintetis pada Balai Besar POM Denpasar.
III.   LOKASI PENELITIAN
Niti Mandala Renon, jalan Cut Nyak Dien No. 5, Denpasar, Bali.
IV.   PENDAHULUAN
4.1    Latar Belakang Masalah
Kemajuan ilmu dan teknologi berkembang dengan pesat di berbagai bidang, termasuk dalam bidang pangan, kemajuan teknologi ini membawa dampak positif maupun negatif. Dampak positif teknologi tersebut ialah mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas pangan, juga meningkatkan diversifikasi, hygiene, sanitasi, praktis dan ekonomis. Dampak negatif kemajuan teknologi tersebut ternyata cukup besar bagi kesehatan konsumen dengan adanya penggunaan zat adiktif  yang berbahaya. Pola kehidupan masa kini dicirikan dengan tingginya biaya hidup, emansipasi atau karena alasan lain menyebabkan wanita bekerja diluar rumah.
Data statistik tahun 2002 menunjukkan bahwa wanita yang bekerja pada angkatan kerja berjumlah 33.06 juta atau 44,23% dari jumlah total usia wanita antara 15-60 tahun (BPS, 2002). Wanita sebagai ibu rumah tangga dan sebagian lain berprofesi bekerja diluar rumah, karena keterbatasan waktu dan kesibukan, serta sulitnya mencari pramuwisma menyebabkan makanan siap saji menjadi menu utama sehari-hari di rumah.
Ritme kehidupan yang menuntut segala sesuatu serba cepat, waktu terbatas, anak harus pergi ke sekolah sementara bapak dan ibu harus segera berangkat kerja, sebagai jalan pintas untuk sarapan, disediakanlah makanan siap saji yang memakan waktu penyajian 3 sampai 5 menit. Siang hari pulang sekolah ibu dan bapak masih bekerja di kantor, anak-anak kembali menikmati makanan siap saji ini. Selain mudah disajikan makanan ini pada umumnya mempunyai cita rasa yang gurih dan umumnya disukai, terutama oleh anak-anak usia sekolah. Makanan siap saji yang dimaksud adalah jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan, praktis, atau diolah dengan cara sederhana. Makanan tersebut pada umumnya diproduksi oleh industri pengolah pangan dengan teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa  bagi produk tersebut.
Zat aditif adalah bahan kimia yang dicampurkan ke dalam makanan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas, menambah rasa dan memantapkan kesegaran produk tersebut. Kemasan makanan siap saji sampai saat ini menurut ketua federasi pengemasan Indonesia Hengky Darmawan  di Indonesia system pengemasannya baru 10 % yang sesuai aturan SNI. Pemilihan jenis kemasan harus memperhatikan foodgrade dan foodsafety. Beberapa faktor yang mempegaruhi produsen dalam memilih kemasan adalah tampil menarik, mampu melindungi produk yang dikemas, dan pertimbangan ekonomis. Bahan yang digunakan selama ini berupa plastik atau Styrofoam (pembungkus mie instan dan nugget), pvc ( polyvinyl clorida untuk pembungkus kembang gula), kaleng (makanan buah, susu, makanan lauk pauk).
Dampak negative zat aditif terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung, dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Disamping bahaya dari zat adiktif makanan siap saji diatas, bahaya lain yang dihadapi oleh konsumen atau pengguna makanan siap saji adalah  efek samping bahan pengemas. Unsur-unsur bahan pangemas yang berbahaya bagi kesehatan konsumen karena terdapatnya zat plastik berbahaya seperti, pvc yang dapat menghambat produksi hormon testosteron ( atterwill dan flack, 1992). Kemasan kaleng disinyalir mengandung timbale ( Pb) dan VCM ( vinyl chloride monomer) yang bersifat karsinogenik yaitu memacu sel kanker, dan styrofoam bersifat mutagenic.
Pengawasan di bidang obat dan makanan yang meliputi produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetika, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya, dilakukan oleh 3 (tiga) komponen meliputi pemerintah, produsen dan konsumen (masyarakat). Dalam hal ini pengawasan dari komponen pemerintah dilakukan oleh Badan POM.
Namun masih banyak orang seakan tabu atau asing tentang cara membedakan makanan yang aman dan tidak aman untuk dikonsumsi. Bahkan, siswa pun kurang mendalami, memahami serta mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki terhadap fenomena yang benar-benar terjadi, bukan hanya pengetahuan abstrak yang tidak bisa teraplikasikan dengan baik. Menyadari akan pentingnya proses pengawasan makanan dan obat-obatan, maka dilakukan kegiatan observasi ke lokasi pengawasan makananan dan obat-obatan di Balai Besar POM untuk dapat mengetahui secara objektif proses pengawasan tersebut.
Untuk itulah kelompok IPA-2 SMA Negeri 1 Banjar melakukan penelitian ini dengan tujuan ingin mengkaji lebih dalam tentang upaya-upaya yang dapat dilakukan sehingga dapat mengantisipasi bahkan meminimalisasi penggunanaan bahan pengawet pada makanan dan obat-obatan.
4.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1)        Bagaimana cara mengidentifikasi bahan pengawet sintesis pada makanan dan obat –obatan?
2)        Bagaimana cara mengawasi penggunaan bahan pengawet sintesis pada makanan dan obat – obatan?
4.3    Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian, meliputi :
1)        Untuk mengetahui bagaimana cara mengidentifikasi bahan pengawet sintesis pada makanan dan obat –obatan.
2)        Untuk mengetahui bagaimana cara mengawasi penggunaan bahan pengawet sintesis pada makanan dan obat – obatan.
4.4    Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini, yaitu :
1)        Mengembangkan daya pikir dan daya nalar siswa melalui eksplorasi suatu masalah dan pencarian solusinya, dalam hal ini mengidentifikasi bahan pengawet sintesis pada makanan dan obat –obatan;
2)        Memberikan nuansa ilmiah pada kalangan siswa sehingga muncul daya pikir yang kritis dalam mencari upaya-upaya solusinya;
3)        Guru mendapatkan pengalaman dalam membimbing penyusunan karya ilmiah siswa;
4)        Siswa mendapatkan pengalaman dalam penyusunan karya tulis ilmiah.
V.      KAJIAN PUSTAKA
5.1    Pengertian Makanan
Makanan adalah bahan, biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan, dimakan oleh mahluk hidup untuk memberikan tenaga atau nutrisi. Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan. Tanpa makanan, mahluk hidup akan sulit dalam mengerjakan aktivitas sehari-harinya. Makanan dapat membantu kita dalam mendapatkan energi, membantu pertumbuhan badan dan otak.
Makanan yang sehat adalah makanan yang mengandung triguna makan. Apa yang dimaksud dengan triguna makan itu?. Triguna makan adalah makanan yang mengandung 3 kegunaan makanan yaitu, 1) sebagai zat pembangun, 2) sebagai zat pengatur, dan 3) sebagai zat tenaga.
5.2    Pengertian Obat
Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, maupun zat kimia tertentu yang dapat digunakan unuk mengurangi rasa sakit, memperlambat proses penyakit dan atau menyembuhkan penyakit. Obat ada yang bersifat tradisional serperti jamu, obat herbal, dan ada yang telah melalui proses kimiawi atau fisika tertentu serta telah diuji khasiatnya. Yang terakhir inilah yang lazim dikenal sebagai obat. Obat harus sesuai dosis agar efek terapi atau khasiatnya bisa kita dapatkan.



5.3    Zat Adiktif
Zat aditif adalah bahan kimia yang dicampurkan ke dalam makanan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas, menambah rasa dan memantapkan kesegaran produk tersebut. Menurut Majeed (1996) zat aditif dapat dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu 1) agen emulsi yaitu aditif yang berbahan lemak dan air, contohnya lecithin, 2) agen penstabil dan pemekat, contohnya : alginate dan gliserin, 3) agen penghalang kerak untuk mencegah penggumpalan, 4) agen peningkatan nutrisi,contohnya;berbagai vitamin, 5) agen pegawet, contohnya : garam nitrat dan nitrit, 6) agen antioksidan, contohnya : vitamin E dan C, 7) agen pengembang untuk roti dan bolu, 8) agen penyedap rasa, contoh : monosodium glutamate atau MSG, dan 9) bahan pewarna.
Selain ke sembilan zat adiktif diatas denfer (2001 ) juga dinyatakan terdapat bahan lain yang ditambahkan dalam makanan diantaranya 1) agen peluntur, 2) lemak hewani, 3)bahan pengasam, 4) bahan pemisah, 5)pati termodifikasi, 6) alkkohol dan 7) gelatin.
Disamping bahan-bahan yang telah disebutkan diatas yang menggunakan ukuran dan aturannya sudah ditentukan sesuai standar nasioanal Indonesia (SNI) yang patut kita waspadai adalah adanya pewarna maupun pengawet yang ditambahkan yang penggunaanya bukan untuk makanan seperti, borak dan formalin sebagai pengawet yang telah dilaporkan oleh suriawiria (2003). Dimana disinyalir 86,2% mie basah yang terdapat dipasar dan swalayan mengandung formalin. Selain itu warna merah pada terasi 50% adalah menggunakan pewarna rodamin B yang seharusnya digunakan untuk tekstil. Selain itu rodamin juga biasa diberikan dalam sirup untuk menimbulkan warna merah.
WHO dan FAO menyatakan bahwa ancaman potensial dan residu bahan makanan terhadap kesehatan manusia dibagi dalam 3 kategori, yaitu 1) Aspek toksikologis, kategori residu bahan makanan yang dapat bersifat racun terhadap organ-organ tubuh, 2) Aspek mikrobiologis,mikroba dalam bahan makanan yang dapat mengganggu keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan, 3) Aspek imunopatologis,keberadaan residu yang dapat manurunkan kekebalan tubuh, 4) Dampak negative zat aditif terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung, dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sulfit dapat menyebabkan sesak nafas gatal- gatal dan bengkak. Zat warna menimbulkan alergi dan kanker hati, menyebabkan hypertrophy, hyperplasia dan carcinomas kelenjar tiroid. MSG menyebabkan kerusakan otak, kelainan hati, trauma, hypertensi, stress, demam tinggi, mempercepat proses penuaan, alergi kulit, mual, muntah, migran, asma, ketidakmampuan belajar dan depresi, dan 5) BHT dan BHA, menyebabkan kelainan kromosom pada orang yang alergi terhadap aspirin,pemanis, kanker kantong kemih( saccharin) gangguan saraf  dan tumor otak (aspartan), mutagenic.
Untuk mengurangi dan meminimalisasi dampak negatif zat aditif makanan dapat diupayakan dengan beberapa cara. Pertama, Secara internal, yaitu mengurangi konsumsi makanan siap saji, meningkatkan konsumsi sayur dan buah-buahan serta mengkonsumsi vitamin. Beberapa vitamin diduga mengandung zat antikarsinogen diantaranya adalah vitamin A, C, E banyak terdapat dalam sayur dan buah, asam folat terdapat dalam brokoli, bayam dan asparagus, betakoren, vitamin B3 (niasin), vitamin D dalam bentuk aktif  ( 1,25-hidroksi) terdapat pada mentega, susu, kuning telur, hati, beras dan ikan. Memberikan pengertian tentang bahaya zat aditif, mengawasi, mengontrol pemberian dan penggunaan uang jajan dan membiasakan membawa bekal makanan sehat dari rumah.
Kedua, produsen di mana diperlukan kesadaran dan tanggung jawab produsen terhadap penggunaan zat adiktif pada bahan pangan yang diproduksikan, memberikan informasi yang jelas komposisi makanan termasuk zat aditif yang ditambahkan. Pemerintah : melakukan pengawasan dan menindak tegas produsen yang melanggar aturan yang berlaku. Meneruskan kegiatan PMT-AS (program makanan tambahan-anak sekolah) dengan memanfaatkan sumber makanan local. Non pemerintah (LSM) : memfasilitasi terbentuknya kelompok konsumen, mendorong peran seta masyarakat sebagai pengawas kebijakan public, mengantisipasi kebijakan global yang berdampak pada konsumen,melakukan pengawasan dan bertindak sebagai pembela konsumen.
5.4    Bahan – bahan Pengawet Sintetis
Beberapa zat pengawet berikut diindikasikan menimbulkan efek negatif jika dikonsumsi oleh individu tertentu, misalnya yang alergi atau digunakan secara berlebihan.



Tabel.  Pengaruh beberapa bahan pengawet terhadap kesehatan
Bahan Pengawat
Produk Pangan
Pengaruh terhadap Kesehatan
   Ca-benzoat
Sari buah, minuman ringan, minuman anggur manis, ikan asin
Dapat menyebabkan reaksi merugikan pada asmatis dan yang    peka terhadap aspirin
   Sulfur dioksida
   (SO2)
Sari buah, cider, buah  kering, kacang  kering,  sirup,  acar
Dapat menyebabkan pelukaan lambung, mempercepat serangan asma, mutasi genetik, kanker dan alergi
   K-nitrit
Daging kornet, daging    kering, daging asin, pikel    daging
Nitrit dapat mempengaruhi kemampuan sel darah untuk membawa oksigen, menyebabkan kesulitan bernafas dan sakit kepala, anemia, radang ginjal, muntah
   Ca- / Na-propionat
Produk roti dan tepung
Migrain, kelelahan, kesulitan tidur
   Na-metasulfat
Produk roti dan tepung
Alergi kulit
   Asam sorbat
Produk jeruk, keju, pikel dan salad
Pelukaan kulit
   Natamysin
Produk daging dan keju
Dapat menyebabkan mual, muntah,    tidak nafsu makan, diare dan    pelukaan kulit
   K-asetat
Makanan asam
Merusak fungsi ginjal
   BHA
Daging babi segar dan sosisnya, minyak sayur,    shortening, kripik kentang,    pizza beku, instant teas
Menyebabkan penyakit hati dan kanker.

Bahan pengawet yang diizinkan tapi kurang aman, dinataranya:
1)   Kalsium Benzoat
Bahan pengawet ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri penghasil toksin (racun), bakteri spora dan bakteri bukan pembusuk. Senyawa ini dapat mempengaruhi rasa. Bahan makanan atau minuman yang diberi benzoat dapat memberikan kesan aroma fenol, yaitu seperti aroma obat cair. Asam benzoate digunakan untuk mengawetkan minuman ringan, minuman anggur, saus sari buah, sirup, dan ikan asin. Bahan ini bisa menyebabkan dampak negatif pada penderita asma dan bagi orang yang peka terhadap aspirin. Kalsium Benzoat bisa memicu terjadinya serangan asma.
2)   Sulfur Dioksida (SO2)
Bahan pengawet ini juga banyak ditambahkan pada sari buah, buah kering, kacang kering, sirup dan acar. Meski bermanfaat, penambahan bahan pengawet tersebut berisiko menyebabkan perlukaan lambung, mempercepat serangan asma, mutasi genetik, kanker dan alergi.
3)   Kalium nitrit
Kalium nitrit berwarna putih atau kuning dan kelarutannya tinggi dalam air. Bahan ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada daging dan ikan dalam waktu yang singkat. Sering digunakan pada daging yang telah dilayukan untuk mempertahankan warna merah agar tampak selalu segar, semisal daging kornet. Jumlah nitrit yang ditambahkan biasanya 0,1% atau 1 gram/kg bahan yang diawetkan. Untuk nitrat 0,2% atau 2 gram/kg bahan. Bila lebih dari jumlah tersebut bisa menyebabkan keracunan, selain dapat mempengaruhi kemampuan sel darah membawa oksigen ke berbagai organ tubuh, menyebabkan kesulitan bernapas, sakit kepala, anemia, radang ginjal, dan muntah-muntah.
4)   KaliumPropionat/KalsiumPropionat
Keduanya yang termasuk dalam golongan asam propionat sering digunakan untuk mencegah tumbuhnya jamur atau kapang. Bahan pengawet ini biasanya digunakan untuk prod 0,32% atau 3,2 gram/kg bahan. Sedangkan untuk makanan berbahan keju, dosis maksimumnya adalah 0,3% atau 3 gram/kg bahan. Penggunaaan melebihi angka maksimum tersebut bisa menyebabkan migren, kelelahan, dan kesulitan tidur.
5)   NatriumMetasulfat
Sama dengan Kalsium dan Natrium Propionat, Natrium Metasulfat juga sering digunakan pada produk roti dan tepung. Bahan pengawet ini diduga bisa menyebabkan alergi pada kulit.
6)   AsamSorbat
Beberapa produk beraroma jeruk, berbahan keju, salad, buah dan produk minuman kerap ditambahkan asam sorbat. Meskipun aman dalam konsentrasi tinggi, asam ini bisa membuat perlukaan di kulit. Batas maksimum penggunaan asam sorbat (mg/l) dalam makanan berturut-turut adalah sari buah 400; sari buah pekat 2100; squash 800; sirup 800.  
Sedangkan bahan pengawet yang tidak aman, diantaranya:
1)   Natamysin
Bahan yang kerap digunakan pada produk daging dan keju ini, bisa menyebabkan mual, muntah, tidak nafsu makan, diare dan perlukaan kulit.
2)   Kalium Asetat
Makanan yang asam umumnya ditambahi bahan pengawet ini. Padahal bahan pengawet ini diduga bisa menyebabkan rusaknya fungsi ginjal.
3)   Butil Hidroksi Anisol (BHA)
Biasanya terdapat pada daging babi dan sosisnya, minyak sayur, shortening, keripik kentang, pizza, dan teh instan. Bahan pengawet jenis ini diduga bisa menyebabkan penyakit hati dan memicu kanker.
5.5    Rekomendasi Bahan Pengawet
Bahan tambahan Pangan Pengawet boleh digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang memproduksi pangan yang mudah rusak. Pencantuman label pada produk pangan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan.
a)   Garam atau NaCl
Telah berabad lampau digunakan hingga saat ini sebagai bahan pengawet terutama untuk daging dan ikan. Larutan garam yang masuk ke dalam jaringan dan mengikat air bebasnya, sehingga menghambat pertumbuhan dan aktivitas bakteri penyebab pembusukan, kapang, dan khamir. Produk pangan hasil pengawetan dengan garam dapat memiliki daya simpan beberapa minggu hingga bulan dibandingkan produk segarnya yang hanya tahan disimpan selama beberapa jam atau hari pada kondisi lingkungan luar. Ikan pindang, ikan asin, telur asin dan sebagainya merupakan contoh produk pangan yang diawetkan dengan garam.
b)   Gula atau sukrosa
Gula atau sukrosa merupakan karbohidrat berasa manis yang sering pula digunakan sebagai bahan pengawet khususnya komoditas yang telah mengalami perlakuan panas. Perendaman dalam larutan gula secara bertahap pada konsentrasi yang semakin tinggi merupakan salah satu cara pengawetan pangan dengan gula. Gula seperti halnya garam juga menghambat pertumbuhan dan aktivitas bakteri penyebab pembusukan, kapang, dan khamir. Dendeng, manisan basah dan atau buah kering merupakan contoh produk awet yang banyak dijual di pasaran bebas.
c)    Cuka buah atau vinegar
Merupakan salah satu bahan yang dapat digunakan untuk mengawetkan daging, asyuran maupun buah-buahan. Acar timun, acar bawang putih, acar kubis (kimchee) merupakan produk pangan yang diawetkan dengan penambahan asam atau cuka buah atau vinegar.
VI.   METODE PENELITIAN
6.1    Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan tujuan mengetahui proses pengawasn makanan dan obat. Penelitian ini dilaksanakan oleh kelompok 2, siswa jurusan ilmu alam yang berjumlah 9 orang di Balai Besar POM,Denpasar, Bali. Waktu dilaksanakannya penelitian adalah pada hari senin, 20 Desember 2010. waktu observasi dilakukan selama 2 jam 30 menit yang telah disepakati oleh siswa dan petugas Balai Besar POM.
6.2    Variabel Penelitian
Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah : 1) Pusat Balai Besar POM, 2) Implikasi terhadap Produsan yang bersangkuatan, dan 3) Masyarakat sekitar Balai Besar POM. Variabel-variabel tersebut sudah ada dan terjadi secara alami pada kawasan tersebut. Dalam hal ini tim peneliti akan melakukan observasi untuk mendapatkan informasi yang sejelas-jelasnya terhadap variable yang dimaksud.



6.3    Instrumen Penelitian
Adapun beberapa instrumen penelitian yang digunakan antara lain: lembar observasi dan check list (daftar cocok) untuk membantu metode observasi, pedoman wawancara untuk membantu metode wawancara, seperti tabel berikut:
No
Variabel dan Subvariabel Penelitian
Deskripsi Hasil Penelitian
1
Identifikasi Penggunaan Bahan Pengawet Sintetis


ü  Alat dan bahan yang digunakan untuk identifikasi


ü  Tahap-tahap identifikasi


ü  Pengambilan sampel produk yang diduga menggunakan bahan pengawet sintetis


ü  Analisis hasil identifikasi


ü  Tindak lanjut terhadap hasil identifikasi

2
Pengawasan Penggunaan Bahan Pengawet Sintetis


ü  Keterlibatan pihak-pihak terkait dalam pengawasan


ü  Mekanisme pengawasan


ü  Evaluasi pelaksanaan pengawasan


ü  Upaya mengoptimalkan pengawasan



Istrumen lainnya yang digunakan untuk mengumpulkan informasi berkaitan dengan identifikasi dan pengawasan penggunaan bahan pengawet sintetis. Wawancara dilakukan dengan nara sumber, yaitu staf Balai Besar POM Denpasar.
Adapun pedoman pertanyaan, disajikan pada tabel sebagai berikut:
No
Daftar Pertanyaan
Jawaban
1
Identifikasi Penggunaan Bahan Pengawet Sintetis


a)     Bagaimana memperoleh informasi tentang penggunaan bahan pengawet sintetis


b)    Langkah-langkah apa yang dilakukan jika telah ada informasi tentang penggunaan bahan pengawet sintetis


c)     Faktor-faktor apa yang mempengaruhi penggunaan bahan pengawet sintetis


d)    Apa kendala yang dihadapi dalam melakukan identifikasi penggunaan bahan pengawet sintetis


e)     Bagaimana upaya untuk mengatasi kendala tersebut

2
Pengawasan Penggunaan Bahan Pengawet Sintetis


a)     Bagaimana mekanisme pengawasan terhadap penggunaan bahan pengawet sintetis


b)    Apa kendala yang dihadapi dalam melakukan pengawasan


c)     Apa sanksi jika ada produsen yang menggunakan bahan pengawet sintetis


d)    Upaya-upaya apa yang dilakukan untuk meminimalkan atau menghentikan penggunaan bahan pengawet sintetis


e)     Bagaimana sosialisasi dari pihak balai POM terhadap fenomena penggunaan bahan pengawet sintetis

6.4    Teknik Pengumpulan Data
Data atau informasi yang dikumpulkan dalam karya tulis ini terdiri dari kegiatan pada Pusat Pengawasan Balai Besar POM, dan masyarakat di sekitar Balai Besar POM. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi, meliputi metode observasi, dokumentasi, wawancara, dan telaah pustaka.
Metode observasi dilakukan untuk mendapatkan data atau informasi tentang keberadaan  dan kegiatan Pusat pengawasan obat dan makanan, dan masyarakat di sekitar Balai Besar POM yang berada di kawasan kota Madya Denpasar dengan mengamati langsung ke tempat lokasi. Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data-data yang diperoleh dan melakukan dokumentasi (mengambil gambar) kondisi objektif di kawasan tersebut. Sedangkan metode wawancara (tanya jawab) dilakukan dengan audensi dengan staf pimpinan dan karyawan Balai Besar POM berkaitan dengan kegiatannya. Dan metode telaah pustaka dilakukan dengan mengkaji buku-buku teks maupun ensiklopedia untuk memperoleh data atau informasi yang relevan dengan masalah tersebut.
6.5    Teknik Analisis Data
Data atau informasi yang telah terkumpul dari lembar observasi, checklist, dan catatan khusus dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan visualisasi. Sedang data dari hasil wawancara dianalisis dengan analisis deskriptif. Dalam hal ini, data atau informasi dideskripsikan dengan menguraikan fakta-fakta atau data serta dikonfirmasikan berdasarkan hasil telaah pustaka. Selanjutnya dari hasil pengolahan data tersebut ditarik kesimpulan sesuai dengan permasalahan pada karya tulis ini.

DAFTAR PUSTAKA
Atterwill dan flack, 1992
Davis dan Cornwell,199; Sawyer dan McCarty, 1978
Grolier International, Inc. 1994. Ilmu Pengetahuan Populer Jilid 3 dan 4. Diedarkan Khusus oleh PT   Widyadara
http://www.google.com [ november – desember 2010 ]
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi 3. Jakarta: Balai Pustaka.

Tidak ada komentar: