GEDE PUTRA ADNYANA: BARBAGI UNTUK SALING MENGERTI DAN MEMAHAMI DEMI KEMULIAAN SEMUA MAKHLUK

Museum Bali sebagai Sumber Pembelajaran Kebudayaan Suku Bali dan Upaya Pelestariannya (Proposal Penelitian Karya Wisata dan Dharma Yatra SMAN 1 Banjar 2010)

I.         PENELITI
Kelompok-8, Kelas XII-BHS.1
Ketua kelompok       : Gede  Yudi Sutanaya
Wakil ketua              : Komang Meliani
Sekretaris                 : Luh Gede Julia Dewi
Bendahara                : Kadek Patni Utami 
Anggota kelompok :
1.    Kadek Peri Andika
2.    Made Ardiasa
3.    Putu Sugiawan
4.    Putu Eriawan
5.    Putu candra Dewi
6.    Putu mara yasa
7.    Putu Oka Rijasa
8.    Gede Rian Sanjaya
9.    Putu Arya Wicaksana
Pembimbing I    :  
Pembimbing II  :  Gede Putra Adnyana, S. Pd.
II.      JUDUL PENELITIAN
Museum Bali sebagai Sumber Pembelajaran Kebudayaan Suku Bali dan Upaya Pelestariannya
III.   LOKASI PENELITIAN
Lokasi Penelitian: Museum Bali, Jln. Mayor Wisnu, Denpasar, Bali
IV.   PENDAHULUAN
4.1    Latar Belakang
Museum merupakan tempat penyimpanan benda-benda dan naska kuno, baik peniggalan zaman sejarah dan zaman psejarah. Dengan adanya musium, masyarakat akan lebih mudah mengetahui tentang apa yang terjadi di zaman dahulu dan dapat mengenal bentuk-bentuk peninggalan masa lampau walaupun masyarakat bukan sebagai pelaku sejarah mereka dapat mengetahui wawasan tentang sejarah kuno.
Proposal permohonan terntang pelaksanaan karya wisata dharma yatra merupakan kegiatan dalam rangka menghubungkan ilmu pengetahuan dengan kehidupan nyata, terutama dalam bidang sejarah dan pra sejarah dengan penelitian di musium siswa dapat menumbuhkembangkan kehidupan kimia dan mampu menggli hubungan peninggalan. Peninggalan yang aa dimusium dengan kehidupan nyata yaitu dengan kebudayaan masyarakat Bali dan dapat membentuk siswa yang kritis dan kreatif.
Kecerdasan intelektual disuatu pihak wajib di imbangi dengan kecerdasan spiritual melalui pengembangan sradha bakti dikalangan siswa SMA N 1 Banjar.dengan ini, kegitan karya wisata dan darma yatra sangat penting dilakukan oleh siswa selain membentuk spritual yang baik dengan melaksanakan karya wisata dapat mengetahui peninggalan sejarah apa saja yang ada di Museum Bali dan siswa dapat menggali bagaimana proses penemuan dan tahun berapa peninggalan tersebut ditemukan dengan observasi yang langsung dilaksanakan dilapangan. Siswa dapat mengenal secara langsung wujud peninggalan secara nyata dan siswa dapat menambah wawasan dalam pegembangan teori-teori sejarah. Yang didapat dalam pembelajaran sehingga teori-teori yang didapatkan dalam pembelajaran dapat dihubungkan dengan kenyataan tentang peninggalan sejarah dan pra sejarah maka dari itu pelaksanaan karya wisata ke Museum Bali penting bagi siswa dan itulah yang menyebabkan sasaran penelitian dilaksanakan di musium bali.
4.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah:
1)   Bagaimana peran Museum Bali dalam pembelajaran Kebudayaan Suku Bali?
2)   Bagaimana upaya pihak-pihak terkait dalam pelestarian Museum Bali?
4.3    Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
1)   Mengetahui peran Museum Bali dalam pembelajaran Kebudayaan Suku Bali?
2)   Mengetahui upaya pihak-pihak terkait dalam pelestarian Museum Bali?

4.4    Manfaat Penelitian
1)   Memberikan pengalaman nyata kepada siswa untuk melakukan penelitian dalam rangka meningkatkan kualitas daya analisis kritisnya.
2)   Menghadirkan nuansa ilmiah di lingkungan sekolah sehingga sekolah sebagai wawasan Wiyata Mandala, mampu diwujudnyatakan.
3)   Memberikan informasi kepada pihak-pihak terkait tentang potensi museum tempat penyimpan Artefak dapat digunakan sebagai media dan sumber belajar dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual pada berbagai mata pelajaran
V.      KAJIAN PUSTAKA

5.1    Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

5.2    Unsur-Unsur Kebudayaan

Teknologi merupakan salah satu komponen kebudayaan. Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian.
Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian paling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu alat-alat produktif, senjata, wadah, alat-alat menyalakan api, makanan, pakaian, tempat berlindung dan perumahan, dan alat-alat transportasi.
Sistem mata pencaharian ini terfokus pada masalah-masalah mata pencaharian tradisional saja, di antaranya berburu dan meramu, beternak, bercocok tanam di ladang, dan menangkap ikan.
Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. Meyer Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Dalam kajian sosiologi-antropologi, ada beberapa macam kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil hingga besar seperti keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat. Di masyarakat umum kita juga mengenal kelompok kekerabatan lain seperti keluarga inti, keluarga luas, keluarga bilateral, dan keluarga unilateral.
Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.
Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.
Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai dalam menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya. Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta.
Agama dan sistem kepercayaan lainnya seringkali terintegrasi dengan kebudayaan. Agama (bahasa Inggris: Religion, yang berasar dari bahasa Latin religare, yang berarti “menambatkan”), adalah sebuah unsur kebudayaan yang penting dalam sejarah umat manusia. Dictionary of Philosophy and Religion (Kamus Filosofi dan Agama) mendefinisikan Agama sebagai sebuah institusi dengan keanggotaan yang diakui dan biasa berkumpul bersama untuk beribadah, dan menerima sebuah paket doktrin yang menawarkan hal yang terkait dengan sikap yang harus diambil oleh individu untuk mendapatkan kebahagiaan sejati.
Agama biasanya memiliki suatu prinsip, seperti “10 Firman” dalam agama Kristen atau “5 rukun Islam” dalam agama Islam. Kadang-kadang agama dilibatkan dalam sistem pemerintahan, seperti misalnya dalam sistem teokrasi. Agama juga mempengaruhi kesenian.
Sistem pengetahuan merpakan upaya upaya manusia untuk mempertahankan dan mengembangkan bdaya. Melalui sistem pengetahuanmanusia mampu mengadaptasi, menguasai alam dan mampu meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Sistem pengeahuan tersebut dapat dibagi menjadi tujuh, yaitu Pengetahuan tentan alam sekitar, Pengetahuan tentang flora, Pengetahuan tentang alam fauna, Pengetauan tentang zat-zat dan bahan mentah, Pengetahuan tentang tubuh mabusia, Pengetahuan tentang kelakuan tentang sesama manusia, dan Pengetahuan tentang ruang, waktu juga bilangan.
Sistem pengetahuan manusia diperoeh dengan tiga cara, yaitu a) Melalui kejadian luar biasa yang diberikan oleh Tuhan terhadap hamba-Nya yang dikehendaki-Nya misalnyawaktu dan karomah, b) Melalui inspirasi(bisikan hati insan kami), seperti para pencipta lagu dan petapa, dan Melalui logika atau indera manusialainya.

5.3    Sub-Sub Unsur Kebudayaan

Beberapa subunser kebudayaan, yaitu pertama Cultural Universal, adalah unsur-unsur terbesardalam kerangka kebudayaan yag dapat dijumpai pada setiap kelompok pergaulan hidup manusia di manapunberada. Cultur universal mencakup tujuh unsur kebudayaan di atas.
Kedua, Cultural Activities adalah kegiatan kebudayaanyang terdapat pada pergaulahnhidup manusia di suatu tempat, yangtidak selalu dijumpai pada kelompok di tempat lain dalam kondisi yan sama.Cultural universals pada mata pencaharian hidup terdapat pada setiap kelompok manapun, akan tetapi pada kegiatan kegiatan kebudayaan (culture aktivities)peladangan atau ppertanian dari mata pencaharian itu hanya terdapat pada salah satu kelompok pergaulan hidup manusia. Dalam sistem kemasyarakatan ada kebudayaan berbentuk sistem pemerintahan demokrasi yang dibuat oleh masyarakatnya, namuntida dianut oleh masyarakat lain yang diperintah oleh seorang ratu (misalnya di Thailand).
Ketiga, Trait Complexes Adalah suatu kebudayaan yang lebih kecil daripada kegiatan kebudayaan setempat, dan dimaksudkan hanya sebagai pelengkao kegiatan kebudayaan. Contoh, dalam rangka kegatan kebudayaan pertanian terdapat unsur-unsur yang kompleks, seperti sistem irigasi, sistem pengolahan tanah, da sistem kepemilikan tanah.
Keempat, Traits adalah unsur pelengkap yang ebih kecil daripada kompleks unsur-unsur yang masih dapat diuraikan satu persatu. Contoh, dalam unsur-unsur delman sebagai alat transportasi, unsur pelengkapnya terdiri dari delman, orang yang menggerakan, dan binatang yang digunakan sebagai penarik delman.
Kelima, Items adalah unsur terkecil yang tidak dapat diuraikan lagi menjadi unsur yang lebih kecil maupun dijelaskan kembali. Contoh, dalam unsur pelengkap alat transportasi tradisional (delman) terdiri dari tiga unsur, yaitu binatang penarik, delman yaitu sendiri, dan orang penggunanya. Setiap unsur tersebut memiliki unsur yang lebih kecil antara lain delman terdiri dari atap delman, roda, dan tali kemudi. Demikian pula binatang atau orangnya.
Menurut Koentjaraningrat, tiap unsur kebudayaan universal memilik tiga wujud yaitu sebagai berikut: a) Wujud sistem budaya adalah wujud kebudayaan sebagai suatu hal yang kompleks, dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan-peraturan, b) Wujud sistem sosial adalah wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktifitas dan tindakan berpola dari manusia bermasyarakat, c) Wujud kebudayaan fisik adalah wujud kebudayaan sebagai benda-benda karya manusia.
Julian Huxley membagi wujud kebudayaan menjadi tiga yaitu sebagai berikut: 1) Mentifact merupakan kebudayaan yang bersifat abstrak atau tidak tampak, yaitu berupa aspek mental yang melandasi prilaku dan hasil kebendaan manusia termasuk didalamnya ide, gagasan, pemikiran, kepercayaan, idiologi, sikap, dan pandangan manusia terhadap alam semesta, 2) Sosiofact merupakan kebudayaan yang menempatkan manusia sebagai anggota masyarakat. Misalnya, prilaku manauisa yang disesuaikan dengan sistem nilai, moral, norma, dan adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat,dan 3) Artefact merupakan kebudayaan material atau kebendaan misalnya rumah, pakaian, perkakas rumah tangga dan peralatan bekerja. Wujud kebudayaan tersebut terdapat pada semua unsur kebuddayaan.kebudayaan tersebut dapat dirinci ke dalam unsure yang khusus dalam kebudayaan di dunia.
Perincian kebudayaan ke dalam unsure-unsur yang khusus meurut Koentjaraningrat yaitu, 1) Wujud Sistem Budaya, suatu unsure kebudayaan universa tahap pertama berupa adat istiadat, pada tahap ke dua adat istiaat dapat dirinci ke dalam beberapa kompleks bdaya., pada tahap ke tiga tiap kompleks budaya dapat diperinci lebih lanjut ke dalam beberapa tema budaya dan pada akhirnya pada tahap ke empat tema budaya dapat diperinci ke dalam beberapa tema, 2) Wujud Sistem Sosial, unsure kebudayaan universal tahap pertama berupa aktivitas-aktivitas soial yang diperinci pada tahap kedua ke dalam berbagai kmpleks social, pada tahap ketiga pada tiap kompleks social dapat diperinci lebih khusus ke dalam berbagai pola social. Pada tahap keempat pola social diperinci lebih khusus ke dalam tindakan,dan 3) Wujud Benda Kebudayaan Fisik, walaupun tudak ada satu wujud fisik untk keselruhan dari satu unsure kebdayaan universal, kebudayaan ini tidak perlu diperinci menurut keempat tahap perincian seperti yang dilakukan pada system budaya dan system social karena semua nsur kebudayaan fisik sudah tentu secara khusus terdiri dari benda-benda kebudayaan.
VI.        METODE PENELITIAN
6.1    Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu menjelaskan atau mendskripsikan peristiwa atau kejadian saat penelitian dan menjelaskan tentang peninggalan-peninggalan yang ada disebuah museum. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu teknik non tes dengan meneliti secara langsung.
Penelitian ini dilaksanakan di museum bali oleh siswa SMA N 1 Banjar. Waktu yangdiperlukan untuk melakukan peneltian adalah satu hari. Yaitu pada tanggal 20 November 2010. Data yang siperoleh membandingkan antara peninggalan-peninggalan sejarah yang ada dimuseum dengan kehidupan masyarakat dan dalam pembelajaran antropologi dan sejarah
6.2    Aspek Kajian
Terdapat dua aspek kajian dalam penelitian ini, yaitu peran Museum Bali dalam pembelajaran Kebudayaan Suku Bali dan upaya pihak-pihak terkait dalam pelestarian Museum Bali. Kedua aspek kajian tersebut dikaji melalui eksplorasi Museum Bali.
6.3    Instrumen Penelitian
Instrumen berkaitan dengan aspek kajian peran Museum Bali dalam pembelajaran Kebudayaan Suku Bali dan upaya pihak-pihak terkait dalam pelestarian Museum Bali, disajikan pada tabel berikut:
No
Aspek yang dikaji
Deskripsi Hasil Penelitian
1.
Peran Museum Bali dalam pembelajaran Kebudayaan Suku Bali


a)      Mata pencaharian Suku Bali dari masa ke masa


b)      Kesenian Suku Bali dari masa ke masa


c)      Artefak hasil kebudayaan Suku Bali


d)     Perkembangan teknologi Suku Bali dari masa ke masa

2.
Upaya pihak-pihak terkait dalam pelestarian Museum Bali


a)      Upaya staf Museum


b)      Upaya Masyarakat


c)      Upaya pemerintah daerah


d)     Upaya pemerintah pusat

6.4    Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan metode wawancara dan metode observasi. Metode wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi dari nara sumber atau staf Museum Bali. Sedangkan metode wawancara diterapkan untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang telah dirancang dalam Instrumen Penelitian dan untuk memperjelas informasi yang dimaksud, maka dilakukanlah observasi atau pengamatan langsung dilokasi penelitian sehingga data yang didapatkan lebih akurat dan terpercaya.


6.5    Tekinik Analisis Data
Data yang didapatkan melalui teknik wawancara dan obsevasi tersebut berupa data deskriptif kualitatif. Dengan demikian analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskreptif. Dalam analisis ini data dijelaskan apa adanya sesuai denga fakta yang ditemukan di lapangan.
Daftar Pustaka

Tidak ada komentar: