GEDE PUTRA ADNYANA: BARBAGI UNTUK SALING MENGERTI DAN MEMAHAMI DEMI KEMULIAAN SEMUA MAKHLUK

Proposal KTI (BHS) dalam rangka Karya Wisata 2008/2009


I.       PENELITI
Kelompok BHS-3, Ida Ayu Putu Adiningsih,dkk.
II.    JUDUL PENELITIAN
Kajian Tentang Sejarah Dan Kebudayaan Manusia Purba Melalui Eksplorasi, Eksistensi Museum Purbakala Gilimanuk.
III. LOKASI PENELITIAN
Museum Purbakala Gilimanuk.
IV. PENDAHULUAN
4.1  Latar Belakang
Indonesia adalah Negara kepulauan yang memiliki kebudayaan yang beraneka ragam.Sedangkan kebudayaan itu sendiri adalah hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal manusia (Koentjaraningrat, 1984: 45). Keanekaragaman itu terlihat dari beragamnya suku-suku bangsa yang mendiami wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke.Selain itu masing-masing daerah memiliki ciri khas kebudayaan yang membedakan budaya setempat dengan budaya daerah lain.Sehubungan dengan hal itu,timbulnya suatu kebudayaan tidak terlepas dari perkembangan sejarah manusia sejak dari zaman manusia ada pertama kali.
Di Indonesia kebudayaan telah berkembang sejak zaman prasejarah,hal ini terlihat dari banyaknya peninggalan-peninggalan prasejarah ataupun peninggalan-peninggalan kebudayaan manusia purba.Salah satu peninggalan prasejarah itu yaitu alat dari tulang dan kapak genggam yang dihasilkan oleh manusia purba pada masa berburu tingkat lanjut.Peninggalan tersebut ditemukan di daerah Sampung(Gua Lawa),Besuki(Gua Petpuruh,Sodong,Marjan) dan di Bali(Gua Karang Bomo I dan II,Pecatu, dan Badung).Hal ini mencerminkan bahwa pengetahuan manusia terus berkembang.
Namun seiring dengan perkembangan sejarah manusia sampai sekarang timbul suatu fenomena mengenai kurangnya kesadaran dalam mengetahui perkembanggan manusia purba zaman prasejarah dengan seperangkat peninggalan kebudayaan yang dihasilkan.Dengan adanya penelitian yang dilaksanakan ini sebagai masyarakat Indonesia yang baik sudah selayaknya mulai megetahui dan mempelajari perkembangan manusia purba dan kebudayaannya, serta berusaha melestarikan peninggalan – peninggalan sejarah dan kebudayaan tersebut.
4.2  Perumusasn Masalah
Berdasarkan Latar Belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana perkembangan sejarah manusia purba di Gilimanuk?
2.      Bagaimana sistem kebudayaan masyarakat purba?
4.3  Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan karya tulis ini adalah
1.      Mengetahui perkembangan sejarah manusia purba.
2.      Mengetahui system kebudayaan masyarakat purba.
4.4  Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan karya tulis ini adalah
1.      Memberikan kontribusi yang lebih luas di bidang ilmu pengetahuan khususnya sejarah dan budaya.
2.      Memberikan informasi secara langsung tentang perkembangan sejarah dan budaya manusia purba melalui inventarisasi dari museum purbakala Gilimanuk.
3.      Memberikan gambaran mengenai kehidupan prasejarah serta budaya yang dihasilkan.
V.    KAJIAN PUSTAKA
5.1  Pengertian Zaman Pra Sejarah
Zaman prasejarah disebut juga zaman pra aksara.Zaman prasejarah dapat diartikan sebagai zaman atau masa ketika manusia belum mengenal tulisan ,atau belum ada temuan peninggalan berupa tulisan pada zaman  tersebut di suatu kawasan.Atas dasar pengertian di atas, zaman prasejarah juga sering disebut Zaman Nirleka (nir =tidak;leka=tulisan), artinya zaman ketika manusia belum tahu atau tidak mengenal tulisan.
Setiap bangsa tidak sama dalam meninggalkan zaman pra aksaranya.Masuknya suatu bangsa kedalam zaman sejarah bergantung dari adanya penemuan tertulis pertama.Hal itu dapat dilihat dari angka tahun padan catatan tertulis tersebut.Mesir memulai masa sejarahnya kira-kira tahun 4.000 SM.Mesopotamia pada pertengahan tahun 3.000 SM memasuki zaman sejarah, sedangkan India sekitar tahun 2.500 SM.
Indonesia memasuki zaman sejarah kira-kira pada awal abad ke-5.Catatan angka tahun tertua diketahui dari batu-batu tertulis yang terdapat di sekitar aliran sungai Mahakam di Kalimantan Timur.Berita tertulis yang mengawali sejarah Indonesia tentang kerajaan Kutai dan para penguasanya.
Untuk menyelidiki kehidupan manusia pada masa pra aksara sangat sulit.Para ahli hanya dapat menafsirkan kehidupan manusia berdasarkan benda-benda yang ditemukan.Para ahli hanya mampu memberi penjelasan yang sifatnya perkiraan ,baik berdasarkan geologi maupun alat- alat kehidupan manusia di masa lampau(artefak).
Pembabakan zaman prasejarah berdasarkan Geologi , yaitu: 1) Azoikum, berumur sekitar 2.500 juta tahun. Pada masa itu kulit bumi masih panas sekali dan masih dalam proses pembentukan dan belum ada tanda – tanda kehidupan, 2) Palaeozoikum, berlangsung sekitar 340 jutaq tahun.Zaman ini disebut juaga zaman primer, 3) Mezosoikum, Zaman mezosoikum berlangsung sekitar 140 juta tahun.Zaman ini juga dinamakan zaman sekunder (zaman kedua), dan 4) Neozoikum (Kenozoikum ), Zaman Neozoikum berlangsung sekitar 60 juta tahun.Zaman ini terbagi dua, yaitu a) Zaman Tersier (zaman ketiga) dan b) Zaman Kuarter (zaman keempat).
Zaman Kuarter merupakan zaman yang terpenting, karena kehidupan manusia mulai ada.Zaman ini dibagi menjadi: a) Kala Pleistosen (Diluvium/Zaman Es/Glasial). Pada zaman ini  dari kutub utara mencair hingga menutupi sebagian Eropa Utara,Asia Utara dan Amerika Utara.Pada zaman ini muncul manusia purba yang disebut Homo Erectus.Di zaman ini juga hidup binatang sejenis Stegodon,Leptodos,Hippopotamus,dan GibbonEpi Machiorodus. b) Kala Holosen (Aluvium), Pada zaman inilah hidup nenek moyang umat manusia yang disebut Homo Sapiens (manusia cerdas) dan Homo Recens (manusia bijaksana).
Pembabakan Zaman Prasejarah berdasarkan corak kehidupan , yaitu 1) Masa Berburu dan Meramu, yaitu:  a) Masa Berburu dan Meramu tingkat sederhana dan b) Masa Berburu da Meramu tingkat lanjut, 2) Masa Bercocok Tanam, dan 3) Masa Perundagian
5.2   Jenis- jenis Manusia Purba di Indonesia
Manusia purba adalah manusia yang hidup pada zaman perasejarah. Jenis-jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia, diperoleh dari sumber berupa hasil penggalian fosil dan artefak antara lain (1) Meganthropus Palaeo Javanicus (manusia raksasa dari Jawa )adalah jenis manusia purba yang paling purba ( tua ). Fosil ini ditemukan pada tahun 1936 dan 1941 di daerah Sangiran  ( Surakarta ). Mahluk ini berbadan besar dan diduga lebih banyak memakan jenis tumbuhan;
Kedua, Pithecanthropus, yang termasuk pithecanthropus yaitu : a) Pithecanthropus Erectus, artinya manusia kera yang berjalan tegak. Fosilnya ditemukan di Trinil (tepi Bengawan Solo ), Ngawi pada tahun 1890 oleh Eugene Dubois, b) Pithecanthropus Robustus, artinya manusia kera yang besar dan kuat tubuhnya. Fosil ini ditemukan di Lembah Bengawan Solo pada tahun 1936 oleh G.H.R. Von Koenigswald dan F. Weidenreich, dan c) Pithecanthropus Mojokertensis, artinya manusia kera dari Mojokerto. Fosilnya ditemukan di Perning ( Mojokerto ) pada tahun 1936 oleh 3 orang, yaitu Duyfjes, G.H.R. Von Konigswald dan Cokro Handoyo.
Ketiga, Homo adalah jenis manusia purba yang menunjukan sifat – sifat paling mirip dengan manusia sekarang. Yang termasuk jenis Homo, yaitu a) Homo Soloensis, artinya manusia purba dari Solo. Fosilnya banyak ditemukan di sepanjang Sungai Bengawan Solo ( Ngandong, Sambung Macan dan Sangiran ). Ditemukan pada tahun 1931-1934 oleh Ter Haar dan Ir. Oppenoorth dan diselidiki oleh G.H.R. Von Konigswald, b) Homo Wajakensis, artinya manusia perba dari Wajak. Fosilnya ditemukan pada sebuah gua dekat tambang marmer di Wajak, Tulungagung oleh Van Reis Choten ( 1888 ) dan Eugene Dubois. Menurut Von Konigswald, Homo Soloensis dan Homo Wajakensis termasuk jenis Homo Sapiens (manusia cerdas); b) Homo Australomelanusoid, Homo Australomelanusoid, artinya manusia dari kepulauan Melanesia Selatan. Diperkirakan berumur 18.000 – 4.500 SM. Fosil jenis manusia ini ditemukan di Kyokkenmodinger ( Bukit Kerang ) di Aceh, Sumatra Utara, dan gua – gua di Jawa, misalnya gua Sampung ( Ponorogo), gua Prajekan ( Tuban ), gua Peturuh (Bondowoso), serta gua – gua di Flores, c) Homo Mongoloid, Fosil jenis manusia ini ditemukan di gua – gua dekat Lamoncong dan Sopeng di Sulawesi Selatan. Bentuknya mirip dengan rata – rata manusia Indonesia sekarang namun, bukti kehadiran jenis manusia ini masih sangat terbatas, yaitu  berupa  gigi yang lepas, dan d) Homo Floresiensis, Fosil jenis manusia ini ditemukan oleh tim dari Indonesia dan Australia pada tahun 2003 di Liang Bua, Flores. Hasil temuannya berupa tengkorak, tulang kaki, bagian tulang panggul, dan tangan. Temuan ini diperkirakan merupakan kerangka wanita dewasa, tinggi badan sekitar 1 meter, dengan volume otak hanya 417 cc, kemungkinan termasuk Homo Erectus Kerdil. Umur diperkirakan 18.000 tahun. Temuan ini diumumkan sebagai sebuah temuan Sepecies manusia baru, namun masih menimbulkan kontroversi.
5.3   Kebudayaan
Kebudayaan ( culture ) adalah suatu komponen penting dalam kehidupan masyarakat, khususnya struktur solsial. Secara sederhana kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu cara hidup.
Cara hidup atau pandangan hidup itu meliputi cara berfikir, cara berencana dan cara bertindak, disamping segala hasil karya nyata yang dianggap berguna, benar dan dipatuhi oleh anggota-anggota masyarakat atas kesepakatan bersama.
Kebudayaan berasal dari kata sansekerta Buddhayah ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Demikan, kebudayaan itu dapat diartikan hal-hal yang bersangkitan dengan budi dan akal dan sebagai keseluruhan gagasan dan karya, yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu. (Koentjaraningrat, 1984 : 45 ). Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil, karya, rasa dan cipta masyarakat. Kebudayaan yang berfungsi mengatur manusia agar dapat memahami bagaimana seharusnya manusia bertingkah laku, berbuat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam masyarakat.
Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. ( E.B. Tylor, 1871 : 175 )

5.4  Sistem Peralatan dan Perlengkapan Hidup Manusia Purba
Kehidupan manusia pada masa berburu dan meramu memiliki tahap perkembangan, yaitu dari cara hidup nomaden, semi sedenter sampai hidup menetap. Mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil antara 20-50 orang atau kelompok. Adapun peralatan yang dipergunakan pada masa ini adalah peralatan yang terbuat dari (1). Batu, misalnya kapak persegi, kapak perimbas, akpak gemgam, gurdi, pisau dan tombak (2). Tulang digunakan sebagai alat tusuk, misalnya belati, sudip, mata kail, dan penusuk (3). Tanduk digunakan untuk mengorek umbi dan keladi dari dalam tanah.
Pada masa bercocok tanam masyarakat telah hidup menetap dalam perkampungan-perkampungan bersama dan telah mengenal system bercocok tanam. Adapun jenis tanaman yang dibudidayakan seperti keladi, labua air, ubi jalar dan padi gogo, sukun, pisang, kelapa, durian, nangka, duku dan rambutan. Dengan menggunakan peralatan seperti kapak persegi, kapak lonjong, gurdi dan pisau. Sedangkan ketika masa perundagian memenuhi kebutuhan hidupnya dengan menggunakan peralatan seperti kapak corong atau kapak sepatu.
5.5  Sistem Mata Pencaharian Manusia Purba
Masyarakat pada masa berburu dan meramu memiliki mata pencaharian berburu dan meramu. Berburu adalah kegiatan untuk memperoleh bahan makanan dengan cara berburu, memasang perangkap, dan menjerat binatang. Meramu adalah kegiatan untuk mendapat bahan makanan dengan cara mengumpulkan tumbuh-tumbuhan. Sedangkan pada masa bercocok tanam masyarakat telah mengenal perdagangan dengan sistem barter barang. Barang dagangan merka antara lain sebagai berikut: a) Ramuan hasil hutan, b) Hasil pertanian, dan c) Hasil kerajinan seperti gerabah, beliung, perhiasan, dan perahu, d. garam atau ikan laut.
Dalam bidang peternakan masyarakat bercocok tanam juga mampu menjinakkan binatang dan beternak antara lain babi, kerbau, anjing, dan ayam. Selain itu, dikenal juga pelayaran dengan menggunakan sampan yang sederhana menelusuri sungai dan pantai untuk mencari sumber bahan makanan. Pada masa perundagian yang menjadi mata pencaharian tetap adalah pertanian serta pelayaran.
5.6  Sistem Kemasyarakatan Manusia Purba
Kehidupan masyarakat berburu dan meramu ini sangat sederhana tetapi mereka telah mengenal system pembagian kerja gotong-royong , koordinasi dalam pekerjaan terlihat dari upaya memenuhi kebutuhan hidupnya yaitu melalui berburu dengan sekelompok orang.
Karena populasi pendidik semakin lama semakin bertambah,masyarakat bercocok tanam sudah menetap di perkampungan-perkampungan.Ternyata mereka telah mengenal gotong royong dalam kebersamaan untuk menebang hutan,membakar semak,menabur benih,memetik hasil lading,mendirikan rumah, dan menyelenggarakan upacara.Selain itu, dalam kehidupan masyarakat bercocok tanam sudah terlihat peran pemimpin(primus interpares) serta sudah terbentuknya organisasi yaitu desa guna mewujudkan suatu masyarakat yang menempati suatu teritorial tertentu.Pada masa berikutnya selain mengenal suatu lembaga yang berupa keluarga, desa juga mulai mengenal siste kekerabatan Patrilineal yaitu susunan keluarga yang menarik garis keturunan hanya dari pihak ayah atau laki-laki dan sistem Matrilineal yaitu susunan keluarga yang menarik garis keturunan hanya dari pihak ibu atau wanita.
5.7  Sistem Bahasa Masyarakat Purba.
Pada masa berburu dan meramu diduga hidup manusia jenis Homo erectus dan homo wajakensis yang sudah mulai mampu menggunakan atau berbicara dan mengingat sesuatu.
Bahasa yang digunakan masyarakat prasejarah sampai dengan saat ini belum di ketahui secara pasti.Pada masa hidup bangsa australomelanesid tidak di ketahui bahasa apa yang mereka pergunakan untuk berkomunikasi.Para ahli menduga bahasa mereka serumpun atau mewarisi bahasa naisadha yang dipakai oleh bangsa proto australoid yang pernah tinggal di India yang merupakan pendahulu bangsa  australomelanesid yang tingal di kepulauan nusantara.Jadi secara umum bahasa yang di gunakan oleh masyarakat prasejarah adalah bahasa melayu austronesia(belum mengenal bahasa tulis ).
5.8  Sistem Kesenian Masyarakat Purba.
Pada masa berburu dan meramu manusia telah mengenal seni lukis yang di tuangkan pada dingding gua.Beberapa bukti lukisan dingding diantara lain terdapat di.a) Gua patte di Sulsel terdapat lukisan cap tangan dan babi rusa.b) Gua leang-leang di Sulsel terdapat gambar berwarna babi hutan sedang berlari dan lukisan cap tangan. c) Gua jarie dan gua burung terdapat lukisan cap tangan. d) Dinding gua di Seram, Papua Barat dan di pulau Muna terdapat lukisan perahu dan manusia bertopeng. Selanjutnya pada masa bercocok tanam masyarakat sudah terampil (membuat gerabah, anyaman, pakaian dan perahu).
Bahan untuk anyaman dibuat dari bambu, rumput, dan rotan dengan teknik anyaman dan pola geometrik. Selain itu, masyarakat ini sudah mengenal pakaian yang dibuat dengan menggunakan tenunan serat kulit kayu. Lain halnya pada masa perundagian masyrakat telah mengenal permainan wayang, pembuatan gamelan, teknik membatik serta bentuk gerabah yang dibuat dengan teknik yang lebih maju dibandingkan dengan gerabah zaman bercocok tanam. Pengerjaannya lebih halus, lebih tipis karena selain menggunakan tatah mereka juga menggunakan pelarian ( roda berputar ).
5.9  Sistem Pengetahuan Masyarakat Purba.
Pengetahuan yang dimiliki masyarakat prasejarah pada masa berburu dan meramu masih terbatas karena kehidupannya pun masih sederhana,masih tergantung pada apa yang disediakan alam,mereka hanya berusaha untuk memenuhi kebutuhan makannya saja . jika dilihat pada masa bercocok tanam masyarakat sudah mulai mengenal pengetahuan astronomi dan navigasi seperti angin buritan,angin sakal serta teknologi pembuatan kapal,karena masyarakat prasejarah pada saat itu sebagai pelaut.
Dengan pengetahuan astronominya. mereka menandai bintang sesuai profesi antara lain bintang biduk besar mayang(berkaitan dengan pertanian). Sedangkan corak kehidupan pada masa perundagian adalah masyarakat sudah mengenal teknik-teknik pengolah logam diantarana teknik tempa,teknik cetak lilin,teknik cetak uang.
5.10Sistem Kepercayaan Masyarakat Prasejarah.
Kepercayaan yang dimiliki masyarakat pada masa merupakan awal dari kepercayaan yang ada pada masa-masa berikutnya.Selanjutnya adanya kepercayaan oleh masyarakat berburu dan meramu terdapat kekuatan alam yang abadi di sekelilingnya di buktikan dengan penemuan kuburan serta penguburan jenazah di Gua Lawa (Sampung ) Gua Sodong ,Bukit Kerang di Sumatra Utara.Dengan penemuan kuburan itu menunjukan bahwa masyarakat prasejarah telah memiliki anggapan tentang hidup sesudah mati dan memberikan penghormatan terahir kepada orang yang meninggal.Pada masa masa selanjutnya masyarakat telah mengenal dua macam penguburan yaitu pertama, Penguburan Primer(Langsung). Dalam penguburan langsung jenazah orang yang sudah meninggal dikuburkan sekali,atau langsung dikubur di dalam tanah atau diletakkan dalam sebuah wadah kemudian dikuburkan dalam tanah dengan upacara penguburan.
Mayat dibaringkan mengarah ketempat roh atau arwah pada leluhur(misalnya di puncak gunung).Sebagai bekal dalam perjalanan ke dunia roh, disertakan bekal kubur yang terdiri atas berbagai macam barang keperluan sehari-hari, seperti periasan, periuk, dan barang-barang lainnya.
Kedua, Penguburan Sekunder(Tak Langsung). Pada penguburan tak langsung mayat pada mulanya langsung dikuburkan dalam tanah tanpa upacara penguburan.Setelah beberapa waktu hingga tinggal kerangka, kemudian digali, dibersihkan, dan dicuci, terjadang diberi formalin dalam persendiannya. Selanjutnya dikubur kembali dengan wadah tempayan/sarkofagus atau tanpa wadah dikubur kembalidengan upacara penguburan.
            Berdasarkan cara–cara penguburan mayat, masyarakat telah mengenal kepercayaan lain seperti Animisme, Dinamisme, Politeisme, Monoteisme, Fetisisme, Animatisme, Totemisme dan Mistik. Di samping itu juga terdapat benda –benda sebagai penunjang upacara seperti: (1) Menhir, adalah sebuah tugu batu yang didirikan untuk upacara penghormatan terhadap roh nenek moyang; (2) Dolmen, Dolmen adalah meja batu tempat meletakkan sesaji yang dipersembahkan kepada nenek moyang; (3) Sarkofagus, Sarkofagus adalah peti jenazah yang terbuat dari batu bulat(batu tunggal); (4) Kubur Batu, Kubur Batu seperti sarkofagus tetapi dibuat dari papan batu, (5) Punden Berundak, Punden Berundak adalah bangunan pemujaan leluhur yang berupa bangunan bertingkat dengan bahan dari batu.Di atasnya didirikan menhir; (6) Waruga, Waruga adalah kubur batu yang berbentuk kubus atau bulat.Dibuat dari batu utuh; (7) Arca; dan (8) Nekara Perunggu, adalah genderang perunggu yang berbentuk seperti dangdang berbalik berfungsi sebagai pelengkap upacara untuk memohon turunnya hujan.
5.11Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
1.      Kehidupan sejarah manusia purba mengalami perkembangan dari sejak pertama kali ditemukan hingga kini.
2.      Sistem kebudayaan masyarakat purba dalam hal upacara penguburan mayat memiliki kasamaan dengan kebudayaan masyarakat kini.
VI. METODE PENELITIAN
6.1  Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang dilaksanakan ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya, yang memiliki tujuan untuk mengetahui perkembangan sejarah manusia purba dan sistem kebudayaan masyarakat purba saat itu.Penelitian ini dilaksanakan oleh kelompok Bahasa-3,siswa kelas XII program bahasa yang berjumlah 21 orang ke Museum Purbakala Gilimanuk yang terletak di Kabupaten Jembrana pada 18, Desember 2008 .Waktu yang disediakan untuk observasi selama 2 jam yang telah disepakati antara peneliti yaitu siswa dengan petugas dari Museum Purbakala Gilimanuk.
6.2  Variabel Penelitian
Ada beberapa variabel yang digunkan dalam penelitian ini didasarkan pada pembatasan dan perumusan permasalahan adalah perkembangan sejarah manusia purba dan sistem kebudayaan masyarakat purba yang terinventarisasi di Museum Purbakala Gilimanuk.Jadi perlu dilaksanakan observasi yang sedetail-detailnya terhadap variabel yang dimaksud.
6.3  Tekhnik Pengumpulan Data.
Data atau informasi yang di peroleh dalam karya tulis ini terdiri dari perkembangan sejarah manusia purba dan sistem kebudayaan masyarakat purba melalui Museum Purbakala Gilimanuk.Metode yang digunakan dalam pengumpulan data atau informasi meliputi metode observasi,wawancara,telaah pustaka, dan dokumentasi.Metode observasi dilakukan untuk mendapatkan data atau informasi mengenai perkembangan sejarah manusia purba dan sistem kebudayaan masyarakat purba yang telah diinventarisasi dari Museum Purbakala Gilimanuk dengan mengamati objek secara langsung ke lokasi penelitian.
Metode wawancara(Tanya jawab) dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan kepada responden baik itu kepala museum maupun karyawan Museum Purbakala Gilimanuk.Metode Telaah pustaka dilakukan melalui pengkajian berbagai buku-buku,ensi klopedia,media massa meliputi surat kabar,majalah untuk memperoleh data atau informasi yang ada kaitannya dengan masalah.Sedangkan melalui metode yang terakhir yakni metode dokumentasi yang digunakan untuk mengumpulkan data-data yang diperoleh dengan melakukan dokumentasi berupa pengambilan gambar dari kondisi yang sebenarnya di lokasi penelitian.
6.4  Instumen Penelitian
Adapun beberapa instrument penelitian yang digunakan antara lain: lembar observasi dan checklist(daftar cocok) untuk membantu metode observasi, pedman wawancara untuk membantu metode wawancara. Catatan khusus untuk membantu metode dokumentsi.Instrumen penelitian yang digunaka dalam penelitian ini, disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Variabel Dan Sub variable Penelitian
Deskripsi hasil penelitian
Ket
1.Jenis-jenis munusia purba


-  Meganthropus(manusia raksasa)


-  Pithecanthropus(manusia kera)


-  Homo(manusia purba pintar)


2.Ciri-ciri manusia purba


A.Meganthropus:


-  Rahang bawah berukuran besar melebihi rahang gorilla


-  Berbadan besar


A.Pithecanthropus Erectus:


-  Tubuh tegak


-  Volume otak ukuran 1000cc


-  Tingkat kehidupan berburu dan meramu


-  Corak kehidupan nomaden


-  Tinggi badan 155cm-180cm


-  Kurang cerdas


-  Perkakas yang digunakan batu tua atau batu kasar


B.Homo sapiens:


-  Tubuh tegak


-  Volume otak lebih dari 1000cc


-  Tingkat kehidupan bercocok tanam


-  Corak kehidupan manatap


-  Lebih cerdas


-  Perkakas yang digunakan sudah diasah


3.Sistem peralatan dan perlengkapan hidup


A.Pada masa berburu dan meramu:


-  Kapak genggam


-  Alat serpih


-  Alat dari tulang dan tanduk


B.Pada masa kehidupan bermukim dan berladang:


-  Kapak samateralit


-  Kapak flake todla(toalen)


-  Alat tulang serpih


C. Masa bercocok tanam di persawahan:


-  Kapak persegi


-  Kapak lonjong


-  Gerabah


-  Mata panah


-  Alat pemukul kulit kayu


D. Masa perundagian:


-  Nekara


-  Moko


-  Kapak perunggu


-  Bejana perunggu


-  Menhir


-  Dolmen


-  Sarkopagus


-  Kubur peti batu


-  Waruga


-  Punden berundak


-  Patung nenek moyang


-  Batu dakon


-  4.peninggalan hasil kesenian:


-  Lukisan


5.Penginggalan system pengetahuan :


-  Astronomi dan navigasi serta teknologi pembuatan kapal


6 Sistem kerpercaya


A.Jenis kepercayaan :


-  Pemujaan kepada jiwa orang yang telah meningal(jiwa/arwah/nenek moyang/leluhur)


-  Animisme


-  Dinamisme


-  Politisme


-  Monoteisme


-  Fetisisme


-  Totemmisme


-  Mistik


B.Peningalan kepercayaan berupa benda:


-  Sargofagus


-  Arca batu


-  Punden berundak


-  Kubur peti batu


6.5  Pedoman Wawancara
Wawancara kami lakukan dengan masyarakat dan pihak- pihak museum. Adapun daftar pertanyaan yang kami buat, yang pertama daftar untuk masyarakat
1.      Apakah Bapak sudah lama bertempat tinggal disini?
2.      Bagaimana sistem penguburan masyarakat daerah ini?
3.      Apa ada kebudayaan  unik di daerah ini yang masih hidup sampai sekarang?
4.      Apakah masyarakat sekitar ini masih percaya terhadap benda-benda gaib, serta masih percaya bahwa suatu tempat ada penghuninya?
5.      Apa saja mata pencaharian masyarakat dari sejak bapak tinggal sampai sekarang?
Daftar pertanyaan untuk pihak – pihak museum:
1.      Benda purbakala apa yang pertama kali ditemukan disini? Kapan ditemukannya?
2.      Selain itu benda purbakala apa saja yang telah ditemukan?
3.      Penemuan benda – benda itu kira –kira dibuat pada zaman apa?
6.6  Teknik Analisis Data
Data atau informasi yang telahn terkumpul melalui metode-metode dari lembar observasi, checlist, dan catatan khusus dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan visualisasi,berikutnya data atau informasi dari hasil wawancara dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yakni data atau informasi digambarkan secara apa adanya serta dikaitkan dengan telaah pustaka dari berbagai sumber.Selanjutnya dari hasil pengolahan data tersebut ditarik kesimpulan sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam karya tulis ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani. 2002 . Sosiologi. Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta: Pt Bumi Aksara
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. IPS Terpadu. Semarang: Sekawan Klaten
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Sejarah. Semarang: VIVA PAKARINDO
Juwanto, H. 2002 . Sejarah . Semarang:  Sekawan Klaten.
Koentjaraningrat . 1990. Pengantar Ilmu Antropologi . cetakan kedelapan Jakarta: PT RINEKA CIPTA
Shadily, Hasan. 1993. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT RINEKA CIPTA
Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada



1 komentar:

Anonim mengatakan...

bagus tuh.. nambah wawasan.